PAM Jaya Kejar Layanan Air Perpipaan di Jakarta 100 Persen 

Yakub Pryatama Wijayaatmaja
01/9/2021 16:24
PAM Jaya Kejar Layanan Air Perpipaan di Jakarta 100 Persen 
Petugas melakukan pemeriksaan di Instalasi Produksi Air PT PAM Lyonnasise Jaya (Palyja) Pejompongan, Jakarta, Rabu (13/2/2019).(ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/pd. )

DIREKTUR Utama PAM Jaya, Bambang Hernowo, menargetkan pada 2030 layanan air perpipaan sudah mencapai 100 persen di seluruh wilayah Jakarta. 

Pasalnya, kata Bambang, cakupan layanan air perpipaan di Jakarta hingga Juli 2020 baru sebesar 65 persen. 

Baca juga: Kasus Sembuh Covid-19 di Kota Bekasi 98%

"Saat ini cakupan layanan kita adalah 65 persen sementara jumlah pelanggan adalah 907.000 pelanggan sampai Juli," ungkap Bambang dalam webinar bertajuk Pelayanan Merata Air Minum Jakarta, Rabu (1/9). 

Merujuk pada aturan Permendagri yang mengharuskan cakupan layanan air bersih mencapai 80 persen, Bambang menuturkan keuntungan yang didapat harus digunakan untuk mencapai target. 

Bambang juga menjelaskan bahwa per hari air yang mengalir di Jakarta di tiap detiknya sebanyak 20.725 liter. 

Maka, untuk memenuhi standar cakupan layanan 100 persen pada 2030, air yang dibutuhkan per detiknya sebanyak 33.735 liter. 

"Air yang mengalir ke Jakarta itu kurang lebih 20.725 liter per detik. Dari ini semua kita masih kekurangan kurang lebih 13.000 liter per detik," ujarnya. 

Belum 100 persennya layanan air perpipaan di Jakarta juha disebabkan hanya 6 persen dari belasan sungai waduk yang dapat dijadikan sebagai air baku untuk diolah layak minum. 

Bambang menjelaskan sebanyak 81 persen kebutuhan air minum warga Jakarta berasal dari Waduk Jatiluhur. Minimnya pemanfaatan air dari sungai-sungai melintasi Jakarta lantarab mutu dari air tersebut di bawah standar. Hal itulah yang menyebabkan cakupan layanan air perpipaan di Jakarta belum mencapai angka ideal. 

Apalagi, dari lima kota administrasi di Jakarta, terdapat dua kota, yakni Jakarta Barat dan Utara yang belum punya akses perpipaan. Kedua kota itu tak memiliki perpipaan air bersih lantaran tidak adanya sumber alternatif air baku. 

"Kita tahu daerah yang merah itu adalah daerah Barat dan Utara DKI Jakarta di mana tidak ada sumber alternatif air yang bisa dipakai. Sehingga sampai dengan saat ini kami kemudian prioritas bagaimana melayani daerah-daerah yang saat ini berwarna merah tersebut. Dan tentunya ini sebuah kerja yang tidak biasa-biasa saja," tandasnya. 

Untuk Kepulauan Seribu, Bambang menuturkan bahwa di pulau tidak ada sumber air permukaan. 

Artinya, kata Bambang, ada beberapa pulau yang kemudian mengambil air tanah dan itu akibatnya membuat adanya subsidensi tanah atau penurunan muka tanah  terhadap kepulauan itu sendiri. (OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya