Headline

Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.

Komunikasi dengan Pasien HIV kurang Optimal (6)

MI/Nat/T-2
14/2/2015 00:00
Komunikasi dengan Pasien HIV kurang Optimal (6)
(ANTARA/JEFRI ARIES)
PENGANTAR: Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) kerap dianggap sebagai penyakit mematikan, menular, dan tidak dapat disembuhkan. Perkembangan teknologi medis telah memastikan penggunaan antiretroviral dapat menekan virus sehingga menekan peluang penularan dari orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Berikut penelusuran wartawan Metro TV dan Media Indonesia terhadap penanganan penderita HIV/AIDS. Ini merupakan laporan ke enam.

-------------------------------

KEPALA Klinik Wijaya Kusuma RSUP Fatmawati Endang Pudjiningsih membenarkan seorang pasien penderita HIV yang menjalani operasi caesar untuk melahirkan anak ketiga adalah pasien lama di klinik itu. Endang mengenal pasien itu cukup aktif malang melintang di LSM tentang HIV/AIDS serta paham rekam jejak medisnya.

"Dia juga ambil obat (ARV) dari sini. Tapi biasanya temannya yang ambilkan. Sejak 2008 atau berapa saya lupa pokoknya sudah lama sekali," tutur Endang kepada Media Indonesia, Jumat (6/2/2015).

Namun pada kehamilan yang ketiga, Endang menyayangkan komunikasi tidak terjalin optimal antara pasien dan pihak klinik.

Apalagi, menurutnya, pasien yang berencana menjalani persalinan di tempat lain itu sempat datang sekali ke Klinik Wijaya Kusuma. "Tapi waktu itu tidak ketemu saya. Saya baru tahu belakangan, saya enggak tahu dia ada rencana ingin melahirkan normal. Harusnya dia ngomong sama saya," lanjutnya.

Dia menilai keinginan sang ibu untuk melahirkan anak lewat jalan lahir (normal) adalah hal yang sangat manusiawi. Tapi dia membenarkan pertimbangan dari dokter di bagian kebidanan.

Penanganan ODHA Bisa Berbeda-Beda
Kebijakan di rumah sakit dan puskesmas dalam menangani pengidap HIV bisa jadi memang berbeda karena tenaga medis yang berbeda di kedua fasilitas kesehatan tersebut.

"Kalau rumah sakit akan sangat ahli menangani persoalan patologis. Untuk melakukan caesar dia siap sekali, tapi untuk melakukan persalinan normal mungkin malah kurang siap dia," terang Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) Kemal N Siregar saat ditemui di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Sebaliknya, puskesmas menurutnya sangat ahli melayani persoalan yang sifatnya normal. "Misalnya untuk melakukan persalinan normal itu harus dijaga berapa jam, harus dipantau proses itu berapa jam, tenaga bidan di puskesmas yang biasanya lebih telaten untuk itu," terangnya.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya