Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
POPULASI ikan gabus di Bekasi perlahan berkurang ketika pemerintah mulai membangun kawasan industri di daerah itu sekitar 1980-an. Kelangkaan semakin menjadi saat pembangunan kawasan permukiman juga merebak.
“Saat itu, lahan yang tadinya berupa rawa dan sawah berhektare-hektare disulap menjadi kawasan industri,” kata sejarawan Bekasi, Ali Anwar, beberapa waktu lalu.
Ia mengungkapkan, sebelum pembangunan fisik berjalan pesat, di wilayah itu sedikitnya ada 30 rawa berukuran luas. Rawa-rawa itulah yang merupakan habitat ikan gabus. Tidak mengherankan bila saat rawa belum beralih fungsi, warga Bekasi mudah mendapatkan ikan gabus dan mengolahnya untuk berbagai masakan. Ketika itu, ujar Ali, warga asli Bekasi mengolah ikan gabus antara lain menjadi ikan gabus kering, dimasak dengan cara dipecak, dipepes, hingga yang paling populer, yakni dimasak dengan kluwek menjadi gabus pucung.
Setelah rawa dan sawah berubah fungsi menjadi kawasan industri dan permukiman, ujarnya, warga tidak lagi bisa dengan mudah mendapatkan ikan gabus. “Jadi wajar juga, kalau banyak pemukiman penduduk (di Bekasi) yang sering banjir. Karena lahan aslinya rawa. Di Bekasi dahulu banyak rawa, tetapi disulap jadi rumah dan kawasan industri,” ujarnya.
Ia juga mengatakan ikan gabus yang dianggap musuh para pembudi daya ikan, karena kerap menjadi predator ikan peliharaan, justru dianggap baik oleh warga Bekasi. Hal itu disebabkan, selain dagingnya yang lezat, ikan gabus memiliki makna tersembunyi, di antaranya kuat, mudah beradaptasi, sulit ditangkap, dan berani mengambil risiko dengan berpindah ke rawa lain. “Itulah mengapa orang Bekasi lebih percaya bahwa ikan gabus bagus,” katanya.
Karena itu pula, ujarnya, patung ikan lele setinggi 5 m yang pernah dibangun di tengah persimpangan Jalan Ir H Juanda, Bekasi, dan menjadi simbol wilayah tersebut, pada 2002, dibakar sejumlah warga. Mereka menganggap simbol itu tidak bagus, lataran ikan lele dianggap sebagai ikan yang menjijikan karena bisa memakan apa pun.
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi membenarkan, setelah pembakaran patung lele, sebagian warga mengusulkan agar patung lele diganti dengan patung ikan gabus. Namun, setelah melalui perundingan, bekas lokasi patung lele tersebut diganti dengan patung lima batang bambu runcing.
Menurutnya, lima batang bambu runcing pengganti patung lele, antara lain memiliki makna semangat patriotisme rakyat Bekasi dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa dan negara. (Gan/J-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved