Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Bertahan di Tengah Kelangkaan

Gana Buana
22/4/2016 04:15
Bertahan di Tengah Kelangkaan
(ANTARA)

JUMLAH penduduk Kota Bekasi terus bertambah dan pembangunan fisik kota itu pun tak pernah berhenti. Lahan sawah dan rawa yang dahulu dikenal sangat luas di wilayah itu berubah menjadi permukiman dan ba­ngunan lain.

Kondisi itu tidak terlepas dari makin padatnya Jakarta, yang memaksa masyarakat tinggal di daerah penyangga sekitar Ibu Kota, termasuk Kota Bekasi.

Menyempitnya rawa dan sawah sangat memengaruhi populasi hewan ataupun ikan yang semula hidup di lahan tersebut, termasuk ikan gabus yang kini semakin langka. Padahal, bertahun-tahun lalu ketika lahan sawah dan rawa belum berganti menjadi bangunan, Bekasi menjadi sentra ikan gabus.

Karena melimpahnya jenis ikan tersebut, Bekasi juga dikenal dengan masakan khas yang berbahan ikan gabus, yakni gabus pucung. Ikan dengan kepala mirip ular itu dimasak berkuah dengan sejumlah bumbu, termasuk kluwek atau pucung, sehingga menampilkan kuah yang gelap dan disebut gabus pucung.

Karena langkanya jenis ikan yang pernah menjadi salah satu ikon dalam upa­cara sakral di Kota Bekasi itu, para penyuka masakan tersebut ataupun rumah makan yang menyediakan menu itu terpaksa harus mendatangkan ikan gabus dari daerah lain.

Seperti dikatakan oleh Fatima Abir, pemilik rumah makan khas Betawi di wilayah Mustikajaya. Demi menjaga kelestarian kuliner khas itu, ia tetap menyajikan menu gabus pucung kendati makin hari makin kesulitan mendapatkan ikan tersebut. Bahkan, ujarnya, ia juga kerap harus membayar dengan harga jauh lebih mahal ketika ikan gabus sulit diperoleh.

“Mau gimana lagi. Orang-orang (penggemar gabus pucung), kalau nyari sayur (gabus) pucung, kemari. Lagian warung kita mah kesohor karena sayur pucungnya,” kata Fatimah dengan logat Bekasi yang masih kental saat ditemui Media Indonesia, beberapa waktu lalu.
Perempuan yang akrab disa-pa Jenong itu menuturkan, pada 1962 warga Bekasi yang ke sawah atau rawa dekat rumah mereka, saat pulang selalu membawa ikan gabus, karena ikan itu melimpah dan mudah ditangkap. Saking banyaknya, ikan itu kerap dijual ke warga lain untuk diolah.

Saat itu, ujar Fatimah, ketika rumah makan masih dikelola oleh kakeknya, ikan gabus yang akan dimasak pucung pun tidak perlu dibeli dari pasar karena banyak warga yang menjual langsung ke rumah makan sang kakek dengan harga yang sangat murah.

Namun, tuturnya, mulai 1994 populasi ikan gabus berkurang sehingga tidak ada lagi warga menjual ikan tersebut. Sejak itulah, untuk mendapatkan ikan gabus ia harus membeli dari pemasok di kawasan Tambun, Kabupaten Bekasi.


Harga melambung

Dengan harga ikan yang tidak stabil, ia bertahan tetap menyajikan gabus pucung. Harga setiap porsinya pun selalu disesuaikan dengan harga pasokan ikan. “Harganya kalau lagi musim, paling murah Rp65 ribu per kilogram. Tapi kalau enggak musim, sampai Rp125 ribu,” ujar Fatimah.

Pada saat langka, tambahnya, pemasok mendatangkan ikan gabus dari luar Jawa, antara lain dari Sumatra, Kalimantan, dan Bali. Ketika itulah harga seporsi gabus pucung bisa mencapai Rp75 ribu. “Kalau sedang mahal, biasanya kita kasih tahu ke pelanggan bahwa ikan gabus sedang mahal,” katanya lagi.

Kendati bertahun-tahun sering direpotkan untuk mendapatkan ikan gabus, ia tidak pernah mendapatkan solusi, kecuali mendapatkan dari daerah yang wilayahnya masih berawa-rawa. Menurut Fatimah, ikan yang hanya bisa hidup di air tenang itu sulit dibudidayakan.
Bahkan, sekadar menahannya hidup satu malam dalam bak, sebelum dimasak keesokan harinya pun sangat sulit. Ia mengaku pernah menyimpan 10 kilogram ikan gabus hidup di dalam bak. Namun, keesokan harinya semua ikan itu mati sehingga terpaksa dibuang. “Kalau miaranya gampang, udah dari dulu saya budidayakan, daripada harus cari sono-sini,” tuturnya. (J-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya