Headline
Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.
Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.
Angka penduduk miskin Maret 2025 adalah yang terendah sepanjang sejarah.
DUA perempuan paruh baya yang datang ke Gelanggang Olahraga Remaja (GOR) Otista di kawasan Bidaracina, Jakarta Timur, pada Rabu (13/4) lalu itu bukan ingin berolahraga. Mereka berniat menyewa GOR untuk kegiatan bazar. “Kami mau ketemu pengelola, mau sewa tempat untuk bikin bazar,” kata salah satu dari mereka.
Di dalam GOR, suara decit kaki empat orang yang tengah bermain bulu tangkis menggema di lapangan bulu tangkis indoor yang nyaris kosong. Sarana olahraga itu hanya ramai oleh gema suara pemain bulu tangkis yang berasal dari sebuah klub itu karena tidak ada aktivitas lain di tempat tersebut.
Gelanggang olahraga yang dulu kerap menjadi muara pertemuan para pemuda untuk berolahraga itu kini ditinggalkan pengunjungnya. Tidak hanya di GOR Otista, banyak GOR lain di Ibu Kota bernasib serupa. GOR yang disediakan dan dikelola pemerintah itu kini tak lagi menjadi primadona warga Ibu Kota, khususnya para remaja.
“Kalau yang umum atau perorangan, paling cuma futsal dan kolam renang yang ada pengunjungnya. Itu pun jumlah pengunjung sudah menurun,” kata seorang pegawai di GOR Otista yang enggan menyebutkan namanya.
Fauzi, 25, warga Bidaracina, menuturkan pada 1990-an GOR Otista masih ramai didatangi warga untuk berolahraga. Paling banyak dimanfaatkan untuk bermain sepak bola, basket, atau berenang. “Saya dulu juga suka berenang di sana. Di luar waktu yang diwajibkan sekolah, Sabtu atau Minggu sama teman-teman suka berenang. Kalau hari biasa, sore-sore sering main bola. Kalau sekarang, sudah enggak minat lagi ke GOR,” ujarnya.
Warga lainnya, Komarudin, 30, mengatakan GOR Otista saat ini pada Sabtu dan Minggu justru diramaikan aktivitas di luar peruntukan olahraga seperti bazar, pameran, dan pesta pernikahan. “Apalagi kalau musim kampanye pemilu, setiap minggu, bahkan hampir setiap hari, selalu ramai sama calon-calon presiden atau calon anggota DPR,” tuturnya.
Kondisi serupa juga terjadi di GOR Bulungan yang berdekatan dengan SMAN 70. Hanya beberapa anak sekolah yang kadang mampir untuk berolahraga atau sekadar menongkrong. Berdasarkan keterangan petugas, diketahui, dalam sebulan hanya ada lima hingga 10 kegiatan di GOR tersebut.
Di Jakarta Barat, Gelanggang Olahraga Remaja Kembangan Utara yang berada di Jalan Kompleks BTN Brusnai, Kembangan Utara, juga sepi pengunjung. Lokasi GOR yang tidak strategis membuat warga enggan berolahraga di sana. “Dari tahun ke tahun ya makin sepi saja GOR ini. Apalagi lokasinya paling pojok dan tidak ada akses kendaraan umum,” kata Bambang Tekad, petugas keamanan GOR tersebut.
Menurut Bambang, selain untuk kegiatan olahraga bulu tangkis, GOR itu sering dipakai untuk kegiatan latihan bela diri silat dan pertandingan voli.
Tempat parkir
Di Gelanggang Remaja Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat, meskipun di dalamnya tidak ada aktivitas olahraga, halaman parkir gedung disesaki puluhan kendaraan roda empat. Ridwan, warga Jalan Rawa Selatan IV, Johar Baru, mengatakan tempat parkir gelanggang remaja tersebut memang kerap dimanfaatkan warga untuk memarkir mobilnya. “Itu punya warga sini. Biar pada punya mobil, tapi enggak punya parkiran. Di lingkungan sini padat makanya pada pilih nyewa tempat,” ujarnya.
Para pemilik kendaraan membayar Rp300 ribu hingga Rp400 ribu setiap bulannya sebagai ongkos sewa tempat. “Kalau untuk olahraga, sih, warga enggak tiap hari juga datang ke GOR. Paling kadang-kadang saja main badminton,” kata Ridwan.
Warga lainnya yang enggan disebutkan namanya menuturkan pengelolaan parkir kendaraan di GOR itu dilakukan salah satu organisasi kemasyarakatan (ormas). Kelompok tersebut diketahui mengoordinasi titik parkir kendaraan dan menarik retribusi kepada pemilik.
Karena berada di tengah permukiman padat penduduk, Gelanggang Remaja Johar Baru tidak luput menjadi tempat menongkrong sekumpulan remaja hampir setiap malam. Hanya, bukan aktivitas olahraga yang dilakukan, melainkan mengonsumsi minuman keras. “Mereka nongkrong untuk minum-minum. Warga sering mengawasi juga, takut terjadi apa-apa.”
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) GOR Jakarta Pusat Arifin mengatakan akan menindaklanjuti tindakan mengomersialkan GOR tersebut. (DA/Sri/Nel/Wan/J-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved