Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
RATUSAN gedung perkantoran berderet di kawasan segitiga emas Jakarta.
Kawasan itu merupakan jantung dinamika Ibu Kota.
Lokasinya paling terkemuka di Jakarta, bahkan di Indonesia.
Daerah ini dibentuk tiga jalan utama yang membentuk segitiga emas, yaitu Jl Jendral Sudirman-Thamrin, Jl Jendral Gatot Subroto, dan Jl HRRasuna Said atau biasa disebut kawasan Kuningan.
Saat jam makan siang, dari pantauan Media Indonesia di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, kemarin, ratusan karyawan di sana, baik pria maupunwanita, tidak malu melahap makanan di pinggir jalan meski menenteng gadget terkini, berdasi, dan aroma parfum tercium segar.
Mereka menuju belakang Wisma Bakrie, sebab di sana terdapat puluhan penjual makanan yang menempati beberapa lapak seadanya.
Beragam kuliner dijajakan, mulai soto madura, soto betawi, pecel ayam, pecel lele, masakan padang, jus buah, roti mariyam, kue lecker, rujak, serta masakan prasmanan Sunda.
Lapaknya ada yang bertenda, ada yang hanya gerobak dorong dengan atap langit dan ada yang permanen laiknya warung makan.
Warung masakan prasmanan Sunda terlihat ramai ketimbang yang lainnya.
Salah satunya ialah Roni, 29, karyawan salah satu perusahaan yang menempati gedung Wisma Kodel Jakarta Selatan.
Ia datang bersama empat temannya untuk makan siang di warung prasmanan Sunda.
Bujangan dengan tinggi sekitar 172 cm itu terlihat rapi menggunakan kemeja dan sepatu pantofel.
Dipergelangan tangan kirinya, tersemat jam tangan merek Swiss Army yang terlihat mengilat.
Tanggannya menggenggam ponsel Iphone 5.
Saat dia mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar menu makanan yang hanya Rp10 ribu, di dalam dompetnya terlihat jejeran kartu ATM, kartu kredit, dan lembaran uang Rp50 ribu menyesaki dompetnya.
Makan siang yang dipilih Roni ialah nasi plus sayur bayam, tempe orek, kentang balado, dan pepes tahu.
"Disini makananya murah meriah (mumer) standarlah rasanya. Bisa milih sendiri makananya, bisa ambil banyak sesuka hati, makanya saya dan teman-teman suka makan disini," ungkapnya.
Menurutnya, menu makanan murah meriah itu dipilihnya bersama rekan-rekan untuk menghemat beberapa pengeluaran, apalagi di akhir bulan yang biasanya paling rawan.
"Kalau makan siang enggak perlulah mahal-mahal. Paling kalau mau makan mahal pas abis gajian aja. Uangnya kan bisa dipakai buat beli barang kebutuhan pribadi," jelasnya.
Dia mengaku sudah lebih dari 3 tahun selalu makan siang di belakang Gedung Wisma Bakrie itu.
Bujet makan siangnya paling mahal Rp25 ribu.
Kebon Sirih dan Jl Sabang, Jakarta Pusat, yang terletaktidak jauh dari Jl Thamrin, juga menjadi pusat kuliner bagi karyawan yang bekerja di sana, khususnya PKL di lokasi binaan Pemprov DKI.
Meski sempit,lokasinya berdekatan dengan jalan raya sehingga mudah dicapai.
Dini, 28, pegawai negeri sipil (PNS) Dinas Komunikasi, Informasi dan Kehumasan (Diskominfomas),kerap makan siang di sana.
Lokasinya juga tak jauh dari kantornya di Balai Kota DKI Jakarta.
Ia sejak lama menyukai jajanan kaki lima.
Pertimbangannya ialah harga murah dan variasi menu yang bermacam.
Itu membuat Dini memilih makan siang di PKL daripada restoran di sekitar Jalan Kebon Sirih.
"Dari dulu memang suka jajanan kaki lima soalnya murah meriah danenak. Selama ini juga tidak ada pengalaman buruk sakit karena jajan dipinggir jalan," kilah Dini, Kamis (7/4). (Wan/Put/J-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved