Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
ANINDHITA, 27, melongok ke ruang laktasi di lantai 7 Gedung Indofood Tower, Sudirman, Jakarta Pusat. Masih ada lima perempuan yang memerah ASI di ruangan itu. Ia pun mengurungkan niatnya untuk masuk. Ia menunggu satu ibu selesai memerah ASI. Maklum, ruang itu hanya cukup untuk lima orang.
“Seperti enggak tahu jumlah karyawati usia produktif itu berapa. Kami harus antre, berjejalan di dalam kalau lagi serentak pumping,” ujarnya.
Selain sempit, soket listrik di ruang laktasi itu terbatas. Padahal, mayoritas ibu di sana memerah ASI menggunakan alat perah listrik. Agar tidak mengantre, beberapa ibu mengatasinya dengan membawa soket penghubung tambahan.
Untuk mengatasi rasa tidak nyaman karena sumpeknya ruangan akibat harus berjejalan dan tidak adanya privasi, Dhita kerap memutar video rekaman tingkah anak laki-laki pertamanya. Sehingga dia larut sendiri melihat video atau foto-foto anaknya.
“Enggak apa-apa repot. Mau di mana pun asalkan saya punya stok ASI bagi putra saya. Biar nyaman, anggap saja itu rumah sendiri,” kata Dhita yang bekerja di salah satu perusahaan swasta di gedung tersebut.
Keterbatasan tidak pernah membuatnya patah semangat atau malas memerah ASI. Ia tetap berusaha mematuhi jadwal perah ASI setiap dua jam sekali. Padahal, perolehan ASI-nya pun terbilang sedikit. Setiap memerah, Dhita hanya dapat mengumpulkan 30 hingga 70 mililiter ASI.
Dhita berusaha mematuhi waktu perah ASI, karena setiap tetes ASI yang diperahnya akan langsung diantar ke rumah dengan bantuan layanan ojek daring. Dari pukul 09.00 WIB hingga waktu istirahat makan siang pukul 12.00, Dhita hanya bisa mengumpulkan 140 mililiter ASI.
Padahal, kebutuhan ASI anaknya yang baru berusia empat bulan ialah 80 hingga 150 mililiter untuk sekali minum. Untuk mengatasi
kekurangan ASI, Dhita mendapat ASI donor dari teman sekantornya. “Anak saya sudah harus minum susu minimal 1,5 jam sehari. Sehari dia bisa minum susu 8 hingga 12 kali sehari.”
Karena itu Dhita mesti berkejaran dengan waktu untuk mengantar ASI pada anaknya. Baik ASI miliknya maupun ASI tambahan yang
didonorkan temannya. “Enggak bisa ditunda sampai jam kerja berakhir.
Kadang suka degdegan juga, tidak tenang.Untung ada layanan ojek online,” kata Dhita. (Gana Buana/J-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved