Headline
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
SEJUMLAH sopir kopaja, mikrolet, taksi, dan bajaj se-Jabodetabek Senin (14/3) berencana mogok massal karena merasa dirugikan dengan kehadiran moda transportasi berbasis aplikasi daring.
Ketua Paguyuban Pengemudi Angkutan Darat (PPAD) Cecep Handoko mengklaim ada 117 ribu angkutan darat yang akan mogok beroperasi.
Para sopir baru mau beroperasi setelah pemerintah melarang pengoperasian moda transportasi berbasis daring itu.
"Terhitung besok (Senin) pukul 06.00 WIB, kami meminta maaf kepada masyarakat pengguna jasa angkutan umum, kami tidak operasi. Ini bentuk keresahan kami yang dirugikan dengan adanya transportasi berbasis aplikasi online itu," kata Cecep di Kampung Melayu, Jakarta Timur, Minggu (13/3).
Cecep melanjutkan, para sopir angkutan darat selama ini resah lantaran maraknya kendaraan pelat hitam yang beroperasi melalui perusahaan aplikasi.
Mereka menyayangkan sikap pemerintah yang membiarkan pengoperasian angkutan tersebut.
"Mereka (perusahaan transportasi berbasis aplikasi online) cari uang dengan cara melawan UU. Sedangkan kami resmi, banyak peraturan yang harus dipatuhi, malah dirugikan," ujarnya.
Menurut rencana, para sopir itu akan berdemonstrasi di depan Balai Kota, Istana Merdeka, serta Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
Di kesempatan itu, perwakilan dari sopir bajaj, Daelami, memohon Presiden Joko Widodo dan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama memenuhi tuntutan tersebut.
Menurutnya, pemerintah harus memahami kesulitan yang dihadapi para sopir angkutan darat itu sejak kehadiran moda transportasi berbasis aplikasi.
"Pak Joko Widodo yang terhormat, semoga Bapak masih ingat, Bapak kami antar naik bajaj saat daftar ke KPU untuk mencalonkan diri jadi presiden. Bapak merasakan susahnya kami saat itu," ujar Daelami.
Ia menuturkan, meski beberapa unit bajaj saat ini sudah menggunakan layanan berbasis aplikasi online, hal itu tidak mampu mendongkrak pendapatannya.
Apalagi, pengguna bajaj berbasis aplikasi online masih jarang dan tidak merata di wilayah DKI Jakarta.
"Aplikasi bajaj itu penggunanya mayoritas ada di wilayah Jakarta Barat, lalu daerah lainnya bagaimana? Memang ada penambahan pendapatan, tapi tidak banyak," keluhnya.
Daelami mengaku sebelum adanya transportasi berbasis aplikasi online, pendapatan yang diterimanya per hari sebesar Rp150 ribu hingga Rp200 ribu.
"Setoran per hari Rp120 ribu. Saya bisa bawa pulang Rp50 ribu sampai Rp100 ribu. Sekarang cuma Rp30 ribu per hari. Terkadang tombok setoran," jelasnya. (Mal/J-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved