Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Kata Mengayomi Jadi Pembeda antara Polri dan Kepolisian AS

Mediaindonesia.com
01/6/2020 07:50
Kata Mengayomi Jadi Pembeda antara Polri dan Kepolisian AS
Mobil patroli Polri bertuliskan melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat.(Dok.Polri)

AKSI demonstrasi warga Amerika Serikat menyusul kematian seorang warga berkulit hitam George Floyd setelah lehernya ditindih lutut seorang polisi di Minneapolis masih terus berlangsung. Bahkan aksi protes yang sudah mengarah pada kerusahan itu menjalar hampir ke seluruh negara bagian di Amerika Serikat.

Kondisi itu tentu saja menimbulkan keprihatinan. Apalagi ketika pandemi covid-19 yang mewabah sebagain besar dunia, termasuk Amerika Serikat belum lagi surut.

Baca juga: Biden Dukung Aksi Bela Floyd tapi Tak Setuju dengan Kekerasan

Menurut pakar manajemen komunikasi  M Fariza Y Irawady kondisi yang terjadi di AS itu menunjukan bawah bahwa  negara adidaya yang selalu menggaungkan hak azasi manusia (HAM) itu pun masih memiliki pekerjaan rumah (PR) soal rasialisme. Mereka juga memiliki masalah besar dalam hubungan kepolisian dan masyarakat. Padahal di setiap mobil polisi AS to protect and to serve.

"Inilah yang membedakannya dengan Polisi di Indonesia. Dalam pasal 30 ayat 4 UUD 1945 tertulis, 'Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, melayani dan mengayomi masyarakat serta menegakkan hukum,” ujar Fariza.

Dalam pengamatannya kata mengayomilah yang membedakan antara Polri dan kepolisian AS. Mobil-mobil kepolisi di Indonesia selalu tertulis Melindungi, Mengayomi, Melayani. Jadi peran pengayoman Polri ini masuk dalam konstitusi negara Republik Indonesia.
 
“Kita melihat bahwa untuk mengimplementasikan kata (mengayomi) ini, Polri melakukan usaha ekstra keras. Jenderal Kapolri Idham Aziz berkali-kali mengingatkan kepada anggota Polri  agar tidak menyakiti hati rakyat dengan perilaku,” ungkap Fariza.

Dia mencontohkan salah satu upaya yang dilakukan Polri selama  pendemi  dengan  menyalurkan bantuan tunai kepada 197.000 orang awak transportasi mitra  Korps Lalu lintas (Korlantas) yg disebut Program Keselamatan 2020. Korlantas meluncurkan program pelatihan keselamatan covid-19 dan lalu lintas. Program ini bertujuan untuk menekan penyebaran virus ke daerah .

Selain itu, Kapolri juga memerintahkan setiap Polda dan Polres memberikan ratusan ton beras dan ribuan paket sembako. Arahan Kapolri dengan membagi sembako  pun terlihat dijalankan oleh Korlantas, Bareskrim, dan semua unsur Polri

“Inilah bukti konkret dari pengayoman Polri yang tidak dimiliki oleh kepolisian AS,” tambah Fariza.

Fariza menyebutkan terlihat  setiap unit dari Mabes Polri, Polda hingga Polres membagi-bagi ribuan paket sembako seperti beras, minyak goreng, gula pasir, mie instan, dalam bentuk dapur umum di kantor-kantor kepolisian. Langkah ini sebagai wujud konkret, bagaimana Polri  memerankan sosok pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat yang punya empati dan rasa peduli terhadap kesulitan masyarakat saat ini. Upaya ini sekaligus menjadi poin penting bagi terbangunnya citra institusi yang positif

Fariza menengarai bahwa kasus brutalitas seorang polisi AS kepada seorang warga AS lainnnya yang berkulit hitam mendorong Los Angeles, New York, Brooklyn, dan sejumlah kota lain bergerak. Dari sisi komunikasi citra institusi menjadi sulit dan ambruk.

“Citra sebuah institusi itu ditentukan paling besar dipengaruhi oleh kepuasan publik. Jadi faktor  terbesar pembentuk citra institusi adalah faktor kepuasan publik. Ini hasil riset disertasi doktoral saya selama 3 tahun. Baru setelah itu faktor kepuasan publik dipengaruhi oleh Humas dan inovasi,” paparnya.
 
Ia pun mengapresiasi pernyataan Jenderal Kapolri, Idham Aziz yang selalu mengatakan kadilah polisi yang bisa memberikan kepuasan kepada rakyat, jangan sakiti rakyat. Sebab itu menjadi kata kunci citra institusi  Polri.

“Tapi program Polri yang  benar-benar memberi kepuasaan kepada rakyat dan disebarluaskan oleh kehumasan yang mumpuni yang mampu membentuk citra institusi Polri."

Jadi setelah kerusuhan itu usai, kata dia,  sepertinya kepolisian AS harus belajar konsep hubungan dengan masyarakatnya kepada Polri. (RO/A-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Maulana
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik