Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
ANGGOTA tim asistensi Komisi Pengarah Pembangunan Kawasan Medan Merdeka bidang lingkungan hidup kemarin melakukan sejumlah pemeriksaan di area proyek revitalisasi Monas serta area uji coba pelapisan aspal pada area batu alam atau cobblestone.
Dari pemeriksaan itu, anggota tim asistensi Bambang Hero menegaskan ada satu temuan faktual di lapangan yang tidak sesuai dengan pernyataan dari PT Jakarta Propertindo (Jakpro).
Selaku organizing committee (OC) untuk balap mobil Formula E, Jakpro sebelumnya telah menguji coba melapisi batuan cobblestone dengan aspal melalui metode geotextile. Diklaim pengelupasan itu berjalan mulus.
“Faktanya tidak demikian. Ini di sini kita temukan ada bekas baretan putih pada batuan cobblestone,” kata Bambang.
Baretan pada batuan cobblestone yang berada di silang tenggara Monas atau yang bersisian dengan Stasiun Gambir iti terlihat jelas berwarna putih di atas batuan yang berwarna kecokelatan.
Tidak hanya satu atau dua, tetapi baretan terjadi di empat sisi ujung-ujung bekas pelapisan aspal.
Tidak hanya itu, pelapisan cobblestone dengan lapisan geotextile juga terlihat tidak mulus karena pascapengelupasan masih ada banyak sisa-sisa aspal di sela-sela batuan.
“Ya kita lihat ini juga ada sisa aspal masuk ke sela-selanya. Artinya tidak semulus apa yang dinyatakan Jakpro kepada media kemarin,” ujarnya.
Bambang pun akan merekomendasikan pemberian teguran pada Jakpro agar lebih berhati-hati dalam uji coba pelapisan aspal berikutnya. “Ya kita akan berikan teguran supaya lebih berhati-hati dan harus ada pendampingan selanjutnya,” tegasnya.
Sebelumnya, Jakpro melakukan uji coba pelapisan aspal untuk Formula E di Monas pada Senin (24/2). Ada dua metode yang digunakan saat uji coba yakni dilapisi sandsheet dan geotextile. Lalu pada Selasa dini hari (25/2) aspal itu dikelupas dan Jakpro menyatakan pengelupasan berjalan mulus.
Sampel pohon
Selain batu alam, tim juga mengambil sampel bekas penebangan pohon di sana.
“Titik pertama di wilayah palem, kedua di tumbesi, ketiga di bekas rusa kemudian di bekas pohon beringin,” ucap Bambang.
Sampel yang diambil, kata dia, sampel rumput, permukaan tanah hingga dalam tanah. Tim Asistensi juga mengambil sampel sesuai kategori tanaman dan pohon yang ditebang.
“Kemudian sampel untuk wilayah yang sedang digali, kita ukur juga panjang dan lebar berapa. Kedalaman air (kolam), tinggi air, bagian bawahnya itu seperti apa, dan bagian atas sepeti apa,” kata Bambang.
Selain mengecek tempat penebangan pohon, tim juga mengambil sampel di tempat pemindahan beberapa pohon. Sampel yang diambil sama yakni tanah dan kategori pohon yang dipindahkan.
Nantinya sampel tersebut bakal diteliti di laboratorium Indonesian Center for Biodiversity and Biotechnology (ICBB), Bogor, Jawa Barat. Penelitian demi mengetahui dampak maupun akibat dari penebangan.
“Benarkah akibat penebangan itu nanti telah mengakibatkan kerusakan. Bentuk fisik yang kita lihat tadi itulah yang dibeton. Nanti hasil analisis laboratorium akan menunjukan kondisi awal sebelum ditebang dan usai ditebang,” tutur Bambang. (Put/Ssr/Medcom/J-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved