Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Bekasi Berencana Mengganti Sumber Air Baku

Gan/J-2
04/9/2019 10:05
Bekasi Berencana Mengganti Sumber Air Baku
Wakil Wali Kota Bekasi Tri Adhianto(Medcom.id/Antonio )

WAKIL Wali Kota Bekasi Tri Adhianto meminta ketegasan Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Jabar) atas pencemaran yang terjadi di Sungai Cileungsi. Pasalnya, setiap musim kemarau, dua perusahaan daerah air minum (PDAM) yang melayani warga Kota Bekasi kesulitan memperoleh air bersih. Bukan karena kuantitasnya, melainkan karena kualitasnya.

Selain Sungai Cileungsi yang bermasalah, Kali Bekasi juga bermasalah. "Tiap kemarau, Kali Bekasi yang merupakan sumber baku bagi dua PDAM sering kali tercemar, seperti yang terjadi belakangan ini. Jika sudah tercemar, produksi sulit dilakukan sehingga tentu saja warga Kota Bekasi yang jadi pelanggan PDAM merasakan dampaknya," kata Tri, saat dihubungi, Selasa (3/9).

Direktur Utama PDAM Tirta Patriot Sholihat mengatakan produksi air bersih yang menurun kerap mendapat sorotan dari auditor Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan Jabar.

"Pada Juli hingga September, pencemaran biasa dialami Kali Bekasi sehingga tentu saja produksi air bersih yang kami lakukan otomatis terganggu," katanya.

Sholihat menjelaskan ketika Kali Bekasi tercemar, produksi bisa saja tetap dilakukan. Caranya dengan memberikan zat kimia dengan komposisi tertentu. "Namun, bila kadar polutannya sudah sangat jauh melebihi ambang batas, mau tak mau produksi harus dihentikan," ungkap Sholihat.

Untuk mengatasinya, Sholihat mengusulkan solusi ke pemerintah pusat, yaitu memanfaatkan aliran Kalimalang.

"Namun, untuk ikut memanfaatkan Kalimalang ini tidak bisa sembarangan sebab peruntukkan utamanya ialah untuk pasokan air minum bagi warga Jakarta. Kami sudah berulang kali menyampaikan situasi ini hingga akhirnya Perum Jasa Tirta II mengizinkan pemanfaatan aliran Kalimalang, tapi di titik sebelum sipon," jelas Sholihat.

Masalahnya, kata dia, mengambil air sebelum sipon membuat jarak ke pengolahan terlampau jauh. "Investasi pembangunan jaringannya bisa sampai Rp25 miliar," jelasnya. (Gan/J-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik