Pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Danang Parikesit mengatakan adanya moda transportasi massal berbasis rel yang mulai dibangun harus juga disinergikan dengan penataan tata ruang.
Danang menyebutkan pemerintah pernah gagal dalam penataan tata ruang saat kereta commuterline selesai dibangun.
Kawasan stasiun dan pinggir rel kemudian menjadi kawasan kumuh. Danang menyebutkan setelah MRT selesai, jaringan rel dengan stasiunnya harus menjadi tulang rusuk mobilitas dan aktivitas warga. Tak hanya itu, adanya integrasi di satu titik yakni Stasiun Dukuh Atas yang sudah pasti akan terintegrasi dengan halte Dukuh Atas diharapkan menjadi sentra perkembangan transit atau transit development oriented (TDO).
"MRT akan menjadi pembuka kesempatan menata sistem rel modern di perkotaan Indonesia. Sistem di mana jaringan rel dan stasiun akan menjadi backbone pergerakan manusia. Sistem di mana stasiun menjadi pusat pertumbuhan dan memberi orientasi tata ruang," kata Danang ketika dihubungi Media Indonesia, Senin (21/9).
Jika pembangunan tata ruang di jalur-jalur yang dilewati moda raya terpadu itu gagal, maka investasi yang dilakukan pemerintah akan menjadi sia-sia.
"Pemanfaatan lahan harus dimaksimalkan sesegera mungkin. Sebab, jika tidak harga lahan akan semakin melambung dan akan semakin sulit bagi warga untuk melepasnya. Demikian terus pembebasan lahan menjadi masalah klasik penataan kota," ujar Danang.(Q-1)