Headline

Kementerian haji dan umrah menaikkan posisi Indonesia dalam diplomasi haji.

Kebutuhan ITF Mendesak

Yanurisa Ananta
22/5/2018 07:00
Kebutuhan ITF Mendesak
(Sumber: Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta)

SEJUMLAH truk sampah berwarna oranye itu lalu lalang di Jakarta dini hari pekan lalu. Sebanyak 1.200 truk bermuatan sampah dari lima wilayah Kota Jakarta plus Kepulauan Seribu itu berdatangan setiap hari ke Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Bekasi. Tidak kurang dari 7.000-7.500 ton sampah setiap hari ditimbun di lahan seluas 110 hektare (ha) tersebut.

Kepala Unit TPST Bantar Gebang dari Dinas Lingkungan Hidup (LH) DKI Jakarta Asep Kuswanto menjelaskan sampah-sampah yang ditimbun bukan hanya sampah baru, melainkan juga sampah-sampah lama yang belum terolah. Seluruhnya menggunung hingga ada yang setinggi 50 meter. Beban Bantar Gebang yang begitu besar itu kadang menciptakan konflik dan masalah sosial di area sekitar.

"Penimbunan sampah seharusnya menjadi opsi terakhir. Negara-negara di Eropa sudah tidak boleh menimbun sampah. Di antaranya Jerman, Belanda, Austria, Belgia, Denmark, dan Swedia. Tersisa kurang dari 4% yang melakukan penimbunan," papar Asep di Jakarta, Senin (14/5).

Kondisi sampah yang menggunung dan tidak terolah dengan baik membuat Jakarta merupakan salah satu kota darurat sampah. Hal itu didasari kajian Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

"Dua sampai tiga tahun lagi mungkin TPST Bantar Gebang akan penuh. Di sisi lain jumlah timbunan sampah meningkat. Harus ada upaya dan teknologi yang dapat mengurangi sampah dalam jumlah besar," tutur peneliti Pusat Teknologi Lingkungan BPPT Sri Wahyono.

BPPT sebenarnya memiliki proyek percontohan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) dengan teknologi termal di TPST Bantar Gebang dengan kapasitas pengelolaan sampah 50-100 ton per hari. Listrik yang mampu diproduksi sebesar 400-700 kw.

Pembangunan ITF

Namun, karena kapasitasnya belum mampu mengolah sampah yang ada di Jakarta, perlu ada upaya lain agar sampah-sampah yang ada di Ibu Kota dapat ditangani. Untuk itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sejak 2011 menggodok masterplan persampahan. DKI berencana membangun empat lokasi intermediate treatment facility (ITF) di Jakarta. Dengan konsep waste to energy (WTE), sampah akan diubah menjadi listrik.

DKI menggandeng perusahaan asal Finlandia, Fortum, sebagai penyedia teknologi dan PT Jakarta Propertindo (Jakpro) diminta membangun di atas lahan milik Pemprov di Sunter, Jakarta Utara.

Direktur Projek ITF dari PT Jakpro Aditya Bakti Laksana menyebutkan, saat ini di atas lahan seluas 3,05 hektare di Sunter itu belum dibangun bangunan untuk ITF. Pasalnya analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) belum selesai dikaji. Diperkirakan, amdal akan selesai di akhir Oktober untuk dievaluasi.

"Masyarakat sudah kita libatkan. Beberapa waktu lalu kita sudah melakukan community engagement. Jadi, kita sudah memberi tahu bahwa akan dibangun ITF. Pada 15 Mei lalu di Kelurahan Sunter kami telah melakukan konsultasi publik karena dalam rencana konstruksi ini tentu diperlukan perizinan amdal yang baik," ungkap Aditya.

Ditargetkan, pihaknya mengantongi izin amdal sebelum November 2018. Izin amdal itulah yang akan menjadi kunci konstruksi lokasi ITF dimulai. Diperkirakan, proses konstruksi ITF Sunter selesai dalam waktu tiga tahun sesuai dengan Peraturan Gubernur (Pergub) No 33/2018 tentang Penugasan Lanjutan kepada Perseroan Terbatas Jakarta Propertindo dalam Penyelenggaraan Fasilitas Pengelolaan Sampah di Dalam Kota ITF. "Baru setelah itu groundbreaking kita lakukan setelah amdal selesai." pungkas Aditya.

Manajer Proyek perusahaan Fortum Antti Liukko memaparkan ITF Sunter akan mampu mengolah 2.200 ton sampah setiap harinya. Sampah kemudian masuk proses pembakaran pada suhu 1.000 derajat celsius (proses termal) untuk memusnahkan unsur sampah. Kemudian, hasil pembakaran itu diubah menjadi listrik. "Tahap terakhir dari pengolahan ada proses yang teknologinya menangkap emisi-emisi berbahaya sehingga emisi tidak keluar dari fasilitas," imbuh Antti.

(J-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya