Headline

Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.

Dewan Terbahak soal Taman Maju Bersama

Nicky Aulia Widadio
05/4/2018 09:45
Dewan Terbahak soal Taman Maju Bersama
Warga memnfaatkan fasilitas di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Cililitan, Jakarta Timur(MI/Ramdani)

PEMBAHASAN rancangan pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) di DPRD DKI Jakarta diawali dengan pembahasan soal taman maju bersama. Miripnya konsep taman yang diusung Gubernur ­Anies Baswedan dengan ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) era Gubernur Basuki Tjahaja Purnama membuat anggota dewan tergelitik menanyakan perbedaannya.

“Bisa Bapak jelaskan beda antara taman maju bersama dan RPTRA?” tanya anggota Komisi B dari Fraksi PDIP Manuara Siahaan kepada Kepala Dinas Kehutanan DKI Djafar Muchlisin di ruang rapat Komisi B DPRD DKI Jakarta, kemarin (Rabu, 4/4/2018) .

Djafar menjelaskan, “Dari sisi sasaran, RPTRA terlihat bahwa itu ruang terbuka khusus untuk anak-anak. Tetapi kalau taman pintar, taman maju bersama, itu untuk semua kalangan. Semua usia.”

Menurut Djafar, ada perbedaan perlakuan terhadap masyarakat dalam konsep taman maju bersama. “Taman maju bersama ini bahwa masyarakat berbagai unsur terlibat di dalamnya. Kegiatan-kegiatan ekonomi...” tutur Djafar.

Belum selesai Djafar menjelaskan, Manuara menyela. “Sebentar, Pak. Bapak membedakan berdasarkan terminologi anak. Faktanya, RPTRA itu bukan hanya anak, ibunya ikut juga. Salah Bapak membedakan itu. Tidak prinsip. Tidak mendasar,” ujarnya.

Djafar berkilah di taman maju bersama akan ada kegiatan lain seperti belajar mengajar. Manuara pun menangkis, “RPTRA sekarang juga dilengkapi perpustakaan, bisa belajar juga. Apa bedanya?”

Sejumlah anggota dewan mulai terkikik. Djafar tidak mengelak, lalu menjawab, “Ya, betul prinsip, Pak. Penyebutan saja yang membedakan di dalamnya,” ucap Djafar. “Berarti hanya istilah, ya? Hahaha..,” sambung Manuara diiringi tawa satu ruangan.

Serupa
Tak ketinggalan, anggota Komisi B dari Fraksi NasDem Bestari Barus ikut menimpali. Menurut dia, penggunaan istilah taman maju bersama tak ubahnya seperti penggunaan istilah SMA, SMU, atau SLTA. Tak sama, tapi serupa.

“Itu perbedaannya antara saya dulu sekolah SMA, keponakan saya SMU, anaknya kakak saya menjadi SLTA. Samalah isinya anak sekolah semua,” kata Bestari.

Lagi-lagi gelak tawa terdengar di seisi ruangan. Djafar pun hanya tertawa mendengar perkataan Bestari itu.

Istilah taman maju bersama mengemuka pada pidato jawaban Anies di rapat paripurna, Selasa (3/4). Anies menjanjikan menambah ruang terbuka hijau (RTH) di Ibu Kota. Taman maju bersama dan taman pintar merupakan wujud dari RTH itu.

Saat ditanya perbedaan taman maju bersama dan RPTRA yang digagas Ahok, jawaban Anies bernada sama dengan jawabannya ketika ditanya alasan membuka pagar pembatas taman di kawasan Monas. “Sebenarnya kita menginginkan agar semua yang disebut taman, itu orientasinya park, bukan garden. Jadi, harapannya bisa meningkatkan interaksi dengan warga,” kata Anies.

Secara terpisah, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno memastikan konsep taman maju bersama yang diusung Anies dan dirinya tidak akan menggantikan RPTRA yang telah berjalan. “Oh, enggak (mengganti nama). Kalau RPTRA sih sudah jalan, ya jalan saja,” papar Sandiaga.

Menurut dia, yang menjadi pembeda antara taman maju bersama dan RPTRA ialah pelibatan masyarakat saat mendesain kegiatan dan pengelolaan di taman tersebut. (J-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya