Headline

Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.

Kalau Sudah Urusan Perut, PKL Tidak Peduli Tabrak Aturan

Yanurisa Ananta
28/3/2018 19:50
Kalau Sudah Urusan Perut, PKL Tidak Peduli Tabrak Aturan
(MI/Pius Erlangga)

KENDATI dianggap menabrak peraturan, pedagang kali lima (PKL) di Jalan Jati Baru, Tanah Abang, Jakarta Pusat, mengaku makin betah berdagang di wilayah tersebut. 

Pasalnya, pendapatan mereka kian bertambah seiring makin banyaknya pembeli yang mampir ke lapak dagangan yang digelar di jalan raya tersebut.

Sehari-hari kawasan Tanah Abang memang selalu ramai dibanjiri pedagang dan pembeli. Penumpang KRL yang turun di stasiun Tanah Abang juga sering mampir ke kios PKL. Dari atas flyover Tanah Abang tampak kios tenda berwarna merah dan biru berjejer rapi.

"Sejak berdagang di sini ya pendapatan alhamdulillah terus bertambah. Mungkin karena sudah dibolehkan sama Pak Gubernur jadi yang beli juga enggak ragu buat mampir. Apalagi ini menarik perhatian, agak aneh kan ada yang jualan di jalan. Awalnya mereka penasaran lalu rutin ke sini," papar Wawan, 31, salah seorang pedagang pakaian di Kawasan Jati Baru, Tanah Abang, Rabu (28/3).

Wawan mengaku, sebelumnya dia sudah berdagang di Kawasan Tanah Abang. Hanya saja ia berdagang di atas trotoar, kendati pendapatannya tidak sebanyak saat ini. Ia menghitung perbedaan pendapatan ketika sebelum dan sesudah berjualan di jalanan mencapai 80%.

"Dari segi pendapatan ada kenaikan sekitar 80% lah. Dulu kan kalau dagang kita kesannya cuma numpang di kios-kios permanen. Modal gantungan lalu jualan. Sekarang kita seperti setara dengan pemilik kios. Punya kios sendiri gitu maksudnya," kata Wawan sambil membereskan barang dagangannya.

Kondisi Wawan saat ini pun dirasakan, Ratih, 34. Ibu dua anak yang berjualan pakaian tersebut mengaku senang. "Tentu senanglah kita jualan di sini, sampai rebutan sama orang. Banyak kok yang ingin jualan di sini juga cuma belum dapat tempat," cetus Ratih.

Ratih berharap, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melanjutkan program ini karena ia tidak tahu lagi harus berjualan di mana kalau tidak di Tanah Abang. 

"Ya kalau bisa biar tambah ramai tambahkan lagi lapaknya. Orang juga kan kalau lihat makin ramai tentu semakin nafsu belanjanya," tukasnya sambil tertawa.

Ratih menambahkan, dirinya tidak peduli dengan kontroversi yang ada soal penutupan Jalan Jati Baru. Dia hanya memikirkan agar bisnisnya laris manis untuk makan anak dan keluarga.

"Kalau sudah urusan perut saya enggak peduli ada apa di luar. Saya cuma minta ini semakin ramai. Anak-anak saya kan butuh makan, mau di mana lagi saya dagang? Ini saja sudah terima kasih," pungkasnya.

Kondisi Kawasan Tanah Abang yang sangat padat akhirnya membuat warga semakin terbiasa dengan kondisi tersebut. Di siang hari, kendaraan seperti, angkot, ojek daring, bajaj, dan TransJakarta Explorer yang saling berdesakan.

Pada jam pulang kerja, kemacetan tidak terhindarkan. Jalan Jati Baru yang semula bisa memecah kemacetan kini tidak bisa lagi hingga pukul 18.00 WIB. Terpaksa kendaraan harus melaju terus melewati flyover Tanah Abang.

Di jam seharusnya mereka tutup pun tenda tenda masih berdiri, meski sebagian mulai tutup. Petugas PPSU bersiap membersihkan sampah di kawasan Tanah Abang tersebut. Keesokan harinya rutinitas serupa dimulai lagi pukul 08.00 WIB. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Eko Suprihatno
Berita Lainnya