Headline
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
KEPALA Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Tinia Budiati berpandangan pengerjaan fase II proyek mass rapid transit (MRT) Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, hingga Kampung Bandan, Jakarta Utara, tidak akan mengganggu cagar budaya di wilayah Jakarta Barat.
"Pembangunan MRT di bawah tanah kedalaman 20 meter tidak akan mengganggu. Mungkin yang perlu diperhatikan ialah ketika kereta mau naik ke atas pada kedalaman sekitar 5 meter, itu yang harus diperhatikan. Kalau sepanjang Gajah Mada-Hayam Wuruk enggak ada masalah," jelas Tinia kepada Metrotvnews.com, kemarin.
Meski demikian, pengerjaan MRT fase II bakal diawasi timnya yang terdiri dari arkeolog, ahli cagar budaya, dan perguruan tinggi. Tinia menegaskan, yang menjadi fokus Disparbud DKI ialah kawasan Kota Tua.
Saat pengerjaan proyek, ia meminta PT MRT Jakarta memperhatikan struktur tanah dan daya dukung tanah. Jangan sampai getaran yang ditimbulkan merusak bangunan cagar budaya. Pasalnya, cagar budaya lebih ringkih dan fragile (rapuh) dari bangunan baru," ucap dia.
Tinia belum mendata berapa banyak bangunan cagar budaya yang berada di sekitar proyek MRT Kota Tua. Tim pengawas bakal memaksimalkan pemetaan kawasan Kota Tua yang sudah ada sejak zaman Belanda. "Itu otomatis. Dari zaman revitalisasi Kota Tua yang pertama pada zaman (Gubernur DKI) Ali Sadikin sudah dikumpulkan data-data tersebut," kata Tinia.
Proyek MRT fase II disetujui DPRD DKI Jakarta pada 25 Agustus 2017. Namun, proyek yang diperkirakan menghabiskan dana Rp22,54 triliun itu akan groundbreaking Desember 2018.
Saat ini PT MRT Jakarta masih mematangkan basic engineering design (BED) dengan pihak konsultan. Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta Silvia Halim mengungkapkan tingkat kesulit-an fase II jauh lebih berat ketimbang fase I (Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia).
Pihak PT MRT akan melakukan benchmarking dengan memperban-dingkan pembuatan jalur MRT oleh beberapa negara di sekitar cagar budaya. "Seperti Kyoto, Jepang, pengerjaan MRT tidak mengganggu istana-istana. Atau Mesir, yang lebih tua lagi, kemudian Istanbul, Turki, yang sama-sama Kota Tua," paparnya.
Studi kelayakan
Fase I yang saat ini sudah dikerjakan 80% dan bakal diuji coba pada Desember 2018, menurut Silvia, paling gampang. Tanah bagus, gedung baru, dan kedalaman tanah enggak ada isu.
"Fase II masuk ke utara, semua yang orang tidak mau ada. Ada kali, bangun-an tua, cagar budaya, utilitas. Ini jadi stres baru," imbuhnya.
Kendati demikian, lanjut Silvia, PT MRT Jakarta sudah memiliki studi kelayakan terkait dengan kondisi tanah dan gedung sekitar yang menjadi dasar awal pembuatan BED. "Supaya saat pengerjaan bisa antisipasi. Kalau antisipasi baik, pembiayaan dan waktu juga lebih efisien."
Pemerhati Kota Tua Candrian Attahiyat khawatir proyek MRT berdampak pada bangunan cagar budaya. Pada 2006, pembangunan terowongan penyeberangan orang ke halte Trans-Jakarta Kota Tua mengakibatkan kerusakan pada bangunan Museum Bank Indonesia dan Bank Mandiri.
"Tapi pihak MRT berjanji mengkaji semua teknologi apa yang akan dipakai di daerah situ. Katanya teknik pengeborannya tidak sekeras fase I," tutur Candrian.
Tim ahli cagar budaya pun belum mengetahui apa saja yang mungkin ditemukan di bawah tanah kawasan Kota Tua. Namun, Candrian memperkirakan bakal banyak sisa struktur bangunan sejarah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved