Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Ada Bos yang Mensponsori Pedagang

22/8/2017 10:20
Ada Bos yang Mensponsori Pedagang
(MI/KONI ARMANDANI)

SIAPA sponsor di balik merebaknya pedagang kaki lima (PKL) di seputar Kota Tua, Jakarta Barat? Pertanyaan itu mengusik Asmar selaku Kepala Satpol Pamong Praja Kecamatan Taman Sari. “Bayangkan, kami sudah mengangkut banyak gerobak, tapi tetap saja tidak berkurang. Saya hitung-hitung, malah jumlahnya semakin banyak,” tutur Asmar.

Setiap hari ada saja gerobak PKL yang diangkut dari kawasan Kota Tua. Terkadang dalam sehari dilakukan empat kali razia. Namun, PKL bukannya berkurang, malah bertambah.
Menurutnya, ada sponsor yang bermain di balik PKL yang terus eksis. Sponsor dimaksud ialah para agen yang menyediakan gerobak beserta isi dagangan bagi para PKL.

“Ketika lapak dan barangnya kami angkat, besok langsung ada lagi gerobak beserta dagangan yang baru. Jadi, dirazia setiap hari juga, jumlah mereka tak pernah berkurang.”

Sponsor rupanya melihat peluang kawasan Kota Tua sebagai ladang emas. Banyaknya angka kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara membuat kebutuhan akan makanan dan minuman serta aksesori cukup tinggi.

PKL mengaku rata-rata omzet mereka di atas Rp1 juta. Setiap sponsor mengasuh setidaknya 15 PKL yang disebar di sekeliling Kota Tua. Tak mengherankan, walaupun setiap hari ada dagangan yang diangkut Satpol PP, tetap saja patah tumbuh hilang berganti.

Berdasarkan penelusuran Media Indonesia, ada ciri khas pada gerobak yang menentukan kelompok mereka. Antara lain bentuk dan warna gerobak mereka sama meski dagangan berbeda. “Betul, itu pasti satu bos,” kata Asmar.

Gerobak sejenis terlihat pada penjual es potong, cilok, dan otak-otak. Tidak jauh dari Kota Tua, persis di Jalan Teh, Jakarta Barat, memang ada pabrik es potong. Di depan pabrik tersebut terlihat berjejer gerobak-gerobak warna hijau bertuliskan ‘Es Potong’.

Sumardi, salah satu PKL yang berjualan cilok di kawasan Kota Tua, menyatakan ada sejumlah agen yang beroperasi di Kota Tua. “Memang ada beberapa agen. Saya cuma modal tenaga saja. Gerobak sama isinya punya bos,” tuturnya.

Selama ini ia belum pernah terjaring oleh Satpol PP. Namun, uniknya sekalipun ada kumpulan mereka terazia, besoknya orang itu tetap berjualan dengan gerobak lain.
Sumardi mengaku setiap hari harus menyetorkan hasil jualan kepada bos. Sistem setornya 80% hasil dagangan diberikan kepada bos dan 20% lebihnya diambil untuknya.

Karena tindakan terhadap PKL tak menimbulkan efek jera, Asmar merencanakan razia terhadap para sponsor. Hanya dia mengaku terbentur oleh payung hukum. “Belum ada payung hukumnya, kami tidak bisa asal bertindak,” gumamnya. Akhirnya enggak jadi razia deh. (Koni Armandani/J-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya