Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

RPTRA Sulap Kawasan Angker Jadi Humanistis

22/6/2017 08:50
RPTRA Sulap Kawasan Angker Jadi Humanistis
(MI/Galih Pradipta)

DALAM dua tahun terakhir, Pemprov DKI Jakarta berhasil menyulap wajah sejumlah kawasan, dari berwajah keras karena kekumuhannya menjadi wajah yang ramah karena hijaunya.

Ya, kehadiran ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) di Jakarta tidak hanya berhasil membawa pembangunan fisik, tetapi juga mental masyarakatnya. Berbagai aktivitas bermanfaat dapat dijalankan di ruang publik tersebut setelah dilakukan penataan.

Misalnya saja RPTRA Kenanga, Cideng, Jakarta Pusat. Sudah dua tahun beroperasi, RPTRA itu kini menjadi jantung kehidupan sosial warga Cideng. Padahal, sebelum menjadi RPTRA, kawasan itu rada ‘angker’ karena menjadi tempat nongkrong anak muda dengan kegiatan-kegiatan negatif.

“Setelah disulap Pemprov DKI, RPTRA ini jadi tempat kegiatan positif. Jadwal kegiatannya sangat padat, mulai kegiatan untuk anak-anak sampai buat orang tua,” terang Ketua Pengelola RPTRA Kenanga, Cideng, Julia.

RPTRA itu menyediakan berbagai layanan mulai arena bermain anak, bersosialisasi, hingga edukasi. Meski lahannya tidak begitu luas, cukup lengkap fasilitas umum yang ada di dalamnya.

RPTRA Kenanga Cideng dikelola enam petugas. Aktivitas rutin di dalamnya antara lain kegiatan pembinaan keterampilan, pengajian, olahraga, wisata budaya, sekolah, hingga permainan tradisional.

Seluruh kegiatan tersebut terus berlangsung selama tujuh hari dalam sepekan. Ditambah lagi dengan aktivitas futsal serta gedung sekolah tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD).

Setiap hari, interaksi antarwarga di RPTRA terasa begitu hidup. Para ibu biasa mengisi waktu mereka dengan membaca buku di perpustakaan dan membuat ke­rajinan daur ulang saat menanti anaknya yang sedang bersekolah.

Selain edukasi lewat buku bacaan dan keterampilan langsung, pengunjung sering diajak interaktif dengan pembekal­an bahasa asing. Biasanya materi diisi mahasiswa dari beberapa universitas maupun warga sekitar yang memiliki pengalaman di bidangnya.
“Kegiatan di sini sudah disesuaikan dengan 10 program PKK,” cerita Julia.

Lurah Cideng Muhammad Fauzi menambahkan RPTRA Kenanga memiliki peran utama membentuk perilaku maupun kebiasaan positif secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi dilakukan lewat sarana ruang publik yang dibuat semenarik mungkin.

“Seperti kebiasaan cuci tangan sebelum dan sehabis makan, kita minta ke perusahaan swasta dibuatkan keran cuci tangan yang dibuat seperti mainan anak. Dari situ anak-anak terbangun budaya cuci tangan,” terangnya.

Dalam dua tahun terakhir, sambung Fauzi, paling tidak sudah terlihat per­ubahan perilaku warga yang makin positif setelah adanya RPTRA tersebut. Warga yang dulu sangat dekat dengan tawuran, baik kalangan muda maupun orang tua, kini lebih dekat dengan kegiatan sosial.

“Sekarang kalau mau cari anak muda sini gampang sekali. Cari di rumahnya, atau kalau enggak ada, cari di RPTRA. Biasanya mereka lagi mengaji atau bermain futsal di RPTRA,” terangnya. (DA/J-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya