Headline
Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.
Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.
GERBONG khusus wanita, penumpangnya tentu saja harus wanita. Tidak boleh penumpang lelaki masuk ke gerbong khusus meski terkadang ada saja suami yang ikut istri nyasar ke sana.
Para perempuan dipersatukan dalam satu gerbong untuk mencegah adanya pelecehan seksual dan bisa saling melindungi. Bukan rahasia umum lagi bila ada pria yang sehari-hari naik kereta dengan tujuan menempelkan bagian vital tubuhnya ke penumpang perempuan.
Sayangnya, gerbong khusus wanita dalam rangkaian kereta komuter ternyata tidak begitu saja membuat kaum hawa saling mengerti satu sama lain.
Seperti yang dialami Dati Azahra, 27, penumpang asal Kota Bekasi. Wanita hamil empat bulan itu justru mengeluhkan penumpang perempuan lebih egois ketimbang pria. Sekalipun dirinya sedang hamil, jarang sekali penumpang perempuan mau memberikan kursi kepadanya.
Mengingat kondisinya yang memang sedang lemah, Dati tidak segan-segan meminta dengan sopan sambil menyebutkan dirinya sedang hamil. “Tetap saja tidak ada yang mau memberikan saya tempat duduk,” ujarnya, pekan lalu.
Lantaran tak berhasil memperoleh kursi, Dati pun mencari alternatif mencari kursi di gerbong campur. Meski tak memperoleh kursi prioritas bagi perempuan hamil di gerbong campur, Dati langsung mendapatkan perhatian dari penumpang lelaki ketika dia menyebutkan sedang hamil.
“Ada bapak yang kasihan dan memberikan kursinya kepada saya. Bapak itu mempersilakan saya pakai kursinya. Saya justru tidak mengerti mengapa perempuan muda yang sejenis dengan saya malah tak peduli. Apa dia enggak pernah merasakan hamil? Kalaupun belum pernah hamil, kan akan merasakan nanti,” cetusnya.
Dari pengalaman Dati, sangat sering penumpang perempuan menolak memberikan tempat duduk kepada orang yang lebih membutuhkan. Bahkan tak jarang penumpang perempuan itu menolak dengan cara menyindir. “Dia juga mengaku hamil, padahal enggak kelihat-an. Saya merasakan penumpang perempuan lebih egois,” katanya lagi.
Lebih sadis
Pengalaman berbeda dirasakan Anisaturohmah, 27, pegawai swasta di wilayah Cikini, Jakarta Pusat. Sebagai pengguna rutin jasa kereta komuter dirinya lebih memilih gerbong campur.
Menurut Anis, penumpang wanita justru lebih sadis ketika berebutan masuk ke gerbong. Tak ada yang mau mengalah dengan menggeser tubuhnya untuk membuka jalan bagi penumpang yang hendak turun.
“Saya sih ogah di gerbong khusus wanita. Mereka berani main impit-impitan. Apalagi jam sibuk, suasana lebih brutal,” ungkapnya.
Hampir setiap kali naik kereta, dia menyaksikan penumpang perempuan pura-pura tidur meski di depannya berdiri orang hamil atau yang sudah berusia senja. Menurut Anis, selama petugas jaga tidak bertindak tegas mengatur kursi prioritas bagi yang membutuhkan, gerbong perempuan tidak akan tertib.
Dalam menyikapi kentalnya sikap egois sesama penumpang perempuan, Vice President Manager Komunikasi PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) Eva Chairunnisa menyatakan sesama penumpang seharusnya sama-sama menciptakan suasana nyaman. “Agar tidak menimbulkan keributan, ya penumpang harus kerja sama, ikuti tata tertib, saling bertoleransi antarpenumpang,” imbau Eva.
Pihaknya rutin menyampaikan kepada petugas perjalanan agar selalu mengingatkan penumpang untuk memberikan kursi bagi yang lebih membutuhkan. Selain mengingatkan untuk memberikan kursi pada penumpang prioritas, petugas perjalanan juga menyampaikan agar waspada dengan barang bawaan. “Jadi masalahnya, ada pada perilaku penumpang. Selama belum mau berubah, ya begitulah kondisinya,” tukas dia. (J-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved