Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Tunarungu itu Piawai Bedah Televisi

Nicky Aulia Widadio/J-3
22/5/2017 08:08
Tunarungu itu Piawai Bedah Televisi
(Hendra Permana (kanan), 26, penyandang tunarungu tengah memperbaiki televisi pelanggannya di bengkelnya di Serpong, Tangerang Selatan, Minggu (21/5). -- MI/Nicky Aulia)

PADA akhir pekan, Hendra Permana, 26, biasa menerima panggilan servis. Kemarin, ia bertolak dari kawasan Kelapa Gading menuju Serpong, Tangerang Selatan, ke rumah Arief Rahman Susila, 35. Hendra tidak seorang diri. Ia ditemani adiknya, Handi Permana, 24.

Begitu tiba di rumah Arief, ia langsung mengutak-atik televisi. Arief tidak memberikan petunjuk apa pun kepada Hendra. Tidak lama, Hendra menunjukkan noda hitam pada motherboard televisi milik Arief. Noda hitam itu berbentuk gosong akibat power supply televisi itu terkena petir.

“Ini kena petir,” kata Hendra kepada Arief dengan artikulasi yang kurang jelas. Maklum, Hendra penyandang tunarungu.

Hendra lalu menoleh pada adiknya dan mengatakan power supply televisi itu mesti diganti. Jadi, ada biaya tambahan. Barulah Handi menyampaikan itu kepada Arief. Arief pun mengangguk setuju. Tidak sampai 15 menit Hendra di rumah Arief. Namun, penyebab utama kerusakan televisi telah ia ketahui.

Arief mengaku mengetahui informasi mengenai Hendra dari status Facebook temannya. Temannya tinggal di Bekasi, juga pernah menggunakan jasa Hendra. Ia juga telah mengetahui Hendra merupakan penyandang tunarungu. “Buat saya yang penting skill-nya, enggak masalah tunarungu. Yang penting hasil kerjanya memuaskan,” ungkap Arief.

Hendra terlahir sebagai seorang tunarungu. Menurut adiknya, berbagai upaya telah dilakukan keluarga agar Hendra bisa mendengar. “Bahkan sampai berobat ke TIongkok, tapi tetap enggak bisa.”

Klien lain Hendra, Pohian, 39, mengaku puas dengan hasil kerja Hendra. Tanpa harus dijelaskan, Hendra bisa langsung menganalisis bagian kerusakan televisi miliknya. Tidak sampai 10 menit, televisi Pohian pun kembali menyala dengan baik.

“Saya baca info soal Hendra dari Facebook. Kebetulan TV saya sudah rusak dari tahun kemarin dan dia bisa dipanggil untuk datang. Jadi saya enggak perlu repot,” katanya.

Hendra hanya mengenyam pendidikan di sebuah sekolah luar biasa di Jakarta Barat. Tidak ada basis teknik. Keinginan dan kemauan belajar yang kuat menjadikannya piawai membetulkan televisi.
“Dari kecil dia sudah kelihatan tertarik jadi teknisi televisi suka ngotak-ngatik,” kata Handi.

Sudah enam tahun, Hendra menjadi teknisi televisi. Sudah dua buah bengkel dimilikinya, di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara dan Serpong, Tangerang Selatan.

Panggilan klien biasanya ia terima melalui fitur chat. Hendra tidak pernah menjawab telepon. Tarifnya beragam bergantung pada kerusakan, tapi berkisar Rp700 ribu hingga Rp800 ribu. Lokasi yang jauh pun, jika sedang senggang akan dihampiri Hendra, dengan biaya ongkos sekitar Rp75 ribu hingga Rp100 ribu.

“Kadang dia sudah SMS bilang dia enggak bisa berbicara, tapi ada yang tetap nelfonin terus. Kalau begitu dia kadang jadi merasa orang itu sedang ngerjain dia,” tutur Handi. (Nicky Aulia Widadio/J-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya