Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
ASOSIASI Transportasi Udara Internasional ((International Air Transport Association/IATA) mengecam aturan baru yang diterapkan pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang melarang penumpang membawa alat elektronik yang berukuran lebih besar dari telepon genggam pada penerbangan langsung dari sejumlah negara berpenduduk mayoritas muslim.
IATA sebagai organisasi yang bekerja untuk standarisasi keamanan, kenyamanan dan efisiensi penerbangan itu mengkritik kebijakan Trump dengan mengatakan sebagai langkah ke arah "pembatasan yang lebih terlarang dan proteksionis."
Direktur Jenderal dan Kepala Eksekutif IATA Alexandre de Juniac saat berbicara di hadapan Dewan Hubungan Internasional Montreal, Kanada, mempertanyakan keampuhan larangan tersebut. Berdasarkan perintah AS, alat-alat elektronik yang ukurannya lebih besar dari telepon genggam dilarang dibawa pada penerbangan langsung ke Amerika Serikat dari 10 bandar udara di Timur Tengah dan Afrika Utara.
"Aturan ini tidak menjadi penyelesaian jangka panjang yang bisa diterima menyangkut ancaman apa pun yang mereka sedang coba kurangi," kata de Juniac. "Bahkan untuk jangka pendek, efektivitasnya sulit dimengerti."
Menurut peraturan, alat-alat elektronik melebihi ukuran telepon genggam, termasuk komputer jinjing dan 'tablet, harus dimasukkan ke bagasi pada penerbangan menuju AS. Peraturan itu didorong oleh laporan bahwa kelompok-kelompok militan berniat menyelundupkan bahan peledak ke dalam alat-alat elekronik.
Inggris mengikuti langkah AS dengan menerapkan larangan serupa terhadap penumpang dari enam negara yang akan menuju Inggris dengan membawa barang elektronik yang berukuran lebih besar dari telepon genggam.
Kanada kini sedang mempertimbangkan kebijakannya sendiri menyangkut alat elektronik. Ironisnya, bandara-bandara yang dikenai larangan oleh AS berbeda dengan yang ditentukan oleh Inggris. Terhadap hal tersebut, de Juniac mempertanyakan mengapa kedua negara itu tidak memiliki daftar yang sama.
Ia memperingatkan pemerintah kedua negara bahwa mereka kurang berkomunikasi dan berkoordinasi dalam menerapkan kebijakan. "Gangguan komersil yang ditimbulkan oleh (larangan alat-alat elektronik)
ini sangat parah," ujarnya.
Dia pun memintah pemerintah setiap negara untuk bekerja sama dengan industri penerbangan, guna mencari cara agar penerbangan bisa tetap berjalan secara aman tanpa harus memisahkan para penumpang dari alat-alat elektronik pribadi mereka."(OL-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved