Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Sidang Carlos the Jackal Dimulai

(AFP/I-4)
15/3/2017 02:44
Sidang Carlos the Jackal Dimulai
(AFP)

PELAKU pengeboman mematikan di Paris pa­da 40 tahun lalu, Carlos the Jackal, menghadiri persi­dangannya di Pengadilan Pran­cis. Buron paling dicari pa­da 1970 dan awal 1980 itu me­nyatakan kebencian akan kekerasan sebelum memasuki gedung pengadilan. “Saya suka orang. Saya orang baik. Saya tidak suka kekerasan,” tutur pria bernama asli Ilich Ramirez Sanchez itu. Selama tiga minggu ke depan, lelaki 67 tahun itu akan di­sidang atas serangan mema­tikan di Apotek Publicis, toko ramai pembeli di Saint-Germain-des-Pres, jantung kota tepi kiri Paris. Dengan berbalut jaket dan kain saku merah, Carlos mencium tangan pengacara sekaligus pasangannya, Isabelle Coutant-Peyre, sebelum memberikan ciuman ke media.

Sosok ramping dan beruban itu mendapat julukan the Jackal dari media yang meng­anggapnya kerap lolos dari aparat keamanan internasional. Julukan berasal dari fiksi teroris pada 1971 karangan Frederick Forsyth, The Day of the Jackal, yang menjadi film populer. Lelaki yang mengaku sebagai revolusioner profesional itu ditangkap di Khartoum, Su­dan, pada 1994 oleh polisi Prancis dan sudah menjalani hukuman seumur hidup atas pembunuhan dua polisi di Prancis pada 1975 bersama mantan kawan yang mengkhianatinya.

Pria Venezuela itu juga di­nya­takan bersalah atas empat pengeboman di Paris dan Marseille pada 1982 dan 1983 yang menargetkan beberapa kereta dan menewaskan 11 orang serta melukai hampir 150 lainnya. Dia mengaku secara pribadi bertanggung jawab atas 80 kematian, sedangkan 1.500 lainnya dilakukan orga­nisasinya. “Tidak satu pun dalam perlawanan orang Palestina yang mengeksekusi lebih banyak orang daripada saya, tapi saya satu-satunya yang selamat. Sayangnya, dalam semua per­tempuran ada korban tak berdosa,” kata Carlos. Coutant-Peyre mengatakan sidang itu buang-buang waktu dan uang. “Apa gunanya sidang untuk kejadian yang be­gitu lama?” tanyanya.

Sementara itu, perhatian Pran­cis kini fokus pada ancam­an teroris setelah serangkaian serangan berdarah terjadi. Namun, Carlos yang didakwa atas pembunuhan yang bersifat teroris menyangkal keterlibatannya dalam kelompok teroris. Pengacara Georges Holleaux yang mewakili dua jan­da dari korban tewas dan 16 orang senasib lainnya akibat serangan Apotek Publicis mengatakan kliennya menikmati kesempatan untuk melihat Car­los menghadapi keadilan. “Para korban telah menunggu begitu lama agar Carlos dihakimi dan dihukum. Luka mereka tidak pernah sembuh,” katanya sebelum sidang. Pada 1979 majalah Al-Watan al-Arabi menerbitkan wawancara dengan Carlos yang berisi pengakuan bahwa ia melakukan serangan ituNa­mun, itu dibantahnya dalam persidangan. Pada sore hari pada 15 September 1974, granat dilemparkan ke pintu masuk Apotek Publicis, sehingga menewaskan dua orang dan menyebabkan 34 orang luka-luka. (AFP/I-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya