Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Dorong Saudi Kerek Investasi

Irene Harty
25/2/2017 05:00
Dorong Saudi Kerek Investasi
(AFP)

KUNJUNGAN Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud pada 1-9 Maret menjadi peluang bagi Indonesia mendorong negara penghasil minyak itu untuk meningkatkan investasi.

Tidak hanya pembahasan seputar haji dan tenaga kerja Indonesia (TKI), kedua negara diperkirakan akan fokus pada kerja sama investasi di bidang energi, pertanian, dan infrastruktur.

"Kerja sama Saudi-Indonesia akan sangat menguntungkan kedua pihak. Indonesia perlu investasi besar dan teknologi yang dapat disediakan Saudi," ujar Dewan Penasihat Indonesian Society for Middle East Studies (ISMES) Smith Alhadar kepada Media Indonesia, Jumat (24/2).

Dia mengatakan rencana investasi Saudi ke Indonesia sebesar US$25 miliar sudah cukup besar.

Meski demikian, menurutnya, nilai investasi itu masih bisa didorong lebih besar lagi.

"Saudi perlu berinvestasi lebih banyak. Saudi belum akan kehabisan uang karena cadangan devisa cukup besar, US$750 miliar," lanjutnya.

IMF memprediksi perekonomian Saudi hanya akan tumbuh 0,4% tahun ini--turun dari angka pertumbuhan 2% pada tahun lalu.

Hal itu disebabkan pemangkasan produksi minyak oleh negara OPEC demi menaikkan harga.

Kendati demikian, menurut Alhadar, Saudi masih memiliki cadangan devisa yang dapat dialokasikan untuk investasi.

Di sektor energi, Kementerian ESDM akan mendorong pembahasan kerja sama agar lebih sinergis.

"Akan dibahas payung hukum untuk kerja sama jangka panjang di sektor energi antara pemerintah Indonesia dan Arab Saudi," ujar Kepala Biro Komunikasi dan Kerja Sama Kementerian ESDM Sujatmiko, kemarin.

Pemerintah, ujarnya, akan menyampaikan keinginan untuk memperoleh pasokan minyak mentah (crude oil) dengan harga ekonomis (preferred price).

Hal itu penting di tengah rencana pembangunan kilang dalam rangka menggapai swasembada bahan bakar minyak pada 2023.

"Nah, kita bisa masuk list itu (preferred price) sehingga dapat minyak yang lebih kompetitif. Istilahnya masuk jadi most preferred nation. Harganya pasti beda dari harga normal," sambungnya.

Pemerintah juga akan membahas lanjutan kerja sama antara Pertamina dan Saudi Aramco yang sudah membentuk joint venture (JV) dalam proyek Kilang Refinery Development Masterplan (RDMP) Cilacap.

PT Pertamina (persero) pun mengatakan akan mengambil peluang dari lawatan Raja Salman.

Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Rachmad Hardadi mengatakan akan menawari BUMN energi asal Arab Saudi, Saudi Aramco, untuk berinvestasi di proyek Kilang Grass Root Refinery (GRR) Bontang, Kalimantan Timur, yang ditargetkan rampung pada 2023.

Dalam penyelenggaraan haji, mantan Sekjen Kementerian Agama Bahrul Hayat menilai kunjungan itu dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kuota haji hingga 300 ribu orang per tahun.

"Itu akan sangat membantu memperpendek masa antre di bawah 10 tahun. Apalagi Indonesia jemaah haji terbesar di dunia," tegas dosen UIN Syarif Hidayatullah itu.

Di sisi lain, Saudi dinilai dapat memanfaatkan pengalaman Indonesia di bidang pertanian.

"Mereka memerlukan ahli teknologi pangan, memerlukan tenaga ahli agronomi, lanskap, untuk penghijauan yang sedang mereka lakukan," ujar Guru Besar IPB Asep Saepuddin. (Tes/Bay/I-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya