Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
NAIKNYA Donald Trump sebagai presiden AS telah membuat perpecahan sangat dalam dan terang benderang dalam masyarakat Amerika Serikat.
Di bidang bisnis, perselisihan itu telah memaksa banyak perusahaan AS harus sangat berhati-hati guna menghindari kecaman dari konsumen mereka.
"Perusahaan yang telah bekerja sangat keras untuk tetap netral tidak lagi bisa seperti itu," kata ahli merek produk-produk perusahaan Bruce Turkel.
"Masalah terbesar yang dihadapi ialah apa yang mereka katakan dapat saja disalahartikan."
Produsen peralatan olahraga New Balance, misalnya, terlibat dalam kontroversi setelah CEO mereka, Matt LeBretton, menyuarakan optimisme menyusul pemilu ini.
"Kami merasa bahwa banyak hal yang akan bergerak ke arah yang benar," katanya dalam sebuah wawancara.
Pernyataannya itu mendorong kemarahan di Twitter, yang berbuntut penyeruan untuk melakukan boikot besar-besaran terhadap perusahaan sepatu tersebut.
"Mulai orang-orang yang membuat sepatu kami sampai orang-orang yang memakainya, kami percaya bahwa kami bertindak dengan integritas dan kami menyambut semua lapisan masyarakat," kata perusahaan itu.
Sementara itu, perusahaan minuman raksasa Pepsi Co menghadapi reaksi serupa dari kubu lawan.
Dua hari setelah pemilu, CEO perusahaan itu, Indra Nooyi, mengatakan seluruh karyawan 'berkabung'.
"Dan pertanyaan yang mereka ajukan: Apakah kita aman?" katanya.
Reaksinya pun langsung muncul: 'Ini mungkin waktu yang baik untuk mengabaikan produk Pepsi', tulis situs konservatif The Gateway Pundit.
Seruan-seruan pemboikotan seperti itu sering kali muncul di forum Reddit dan 4Chan, serta media sosial platform seperti Facebook dan Twitter.
Hal lainnya bisa muncul melalui aksi protes yang sistematis.
Boikot
Situs Gran Your Wallet, yang diluncurkan pada Oktober tahun lalu, mendaftar sejumlah perusahaan yang diduga mendukung Trump, baik karena pemimpin mereka berkontribusi dalam dana kampanye Trump ataupun karena mereka memiliki jaringan bisnis dengan keluarga Trump.
Salah satu yang masuk daftar boikot misalnya ialah department store Macy, yang merupakan ritel raksasa Walmart dan merek bir Yuengling.
'Merek selalu terkait politik, tapi sekarang konsumen dapat melihat lebih banyak dan membuat keputusan berdasarkan informasi ini', tulis pendiri situs itu, Shannon Coulter.
Namun, dampak kampanye pemboikotan sulit dievaluasi karena, bagaimanapun, seruan-seruan pemboikotan sejumlah perusahaan tertentu cenderung tidak jelas di tengah hiruk pikuk dinamika di media sosial.
"Konsumen memiliki daya ingat yang sangat pendek," kata pakar pemasaran Mary Carole Powers.
Namun, harus diakui juga bahwa karena hal-hal itu, beberapa perusahaan takut kehilangan pelanggan sehingga memilih tetap diam.
"Tidak ada margin di tengah," kata Turkel, yang baru-baru menulis sebuah buku berjudul Semua tentang Mereka, yang berfokus pada branding perusahaan.
"Jika Anda tetap tenang, Anda mendapatkan banyak hal dari itu."
"Anda harus mencari tahu siapa audiens Anda dan apa nilai-nilai mereka."
Uber, misalnya, tampak melihat situasi saat merencanakan strategi pemasaran.
Perusahaan pertama-tama menjauhkan diri dari polemik di sekitar perintah eksekutif Trump terkait dengan pembatasan sementara pengungsi dan wisatawan dari tujuh negara mayoritas muslim.
Di New York, misalnya, karena pengemudi taksi Uber melakukan protes terhadap kebijakan tersebut, banyak yang menghapus aplikasi tersebut.
CEO of Uber Travis Kalanick mengatakan, "Perintah eksekutif Trump tersebut menyakiti banyak anggota komunitas di seluruh Amerika." (AFP/Ths/I-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved