Headline
Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.
Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.
Angka penduduk miskin Maret 2025 adalah yang terendah sepanjang sejarah.
SEJUMLAH kebijakan Presiden AS Donald Trump telah menuai protes keras. Kebijakan soal larangan warga negara dari tujuh negara mayoritas muslim tak luput dari kecaman. Hujan kritik pun dilontarkan segenap pemimpin perusahaan terkemuka terhadap Trump.
Trump telah menerapkan kebijakan politis dengan melarang warga dari tujuh negara demi pertimbangan keamanan ‘Negeri Paman Sam’. Kebijakan itu dipandang kalangan pemimpin perusahaan serampangan.
Para ekseskutif perusahaan teknologi terkemuka memandang kebijakan Trump itu berdampak pada kinerja perusahaan mereka. Pasalnya para imigran termasuk dari tujuh negara (Iran, Irak, Suriah, Libia, Somalia, Sudan, dan Yaman) telah pula memberi kontribusi cukup signifikan.
Para imigran itu disebutkan telah memainkan peran penting bagi sejumlah perusahaan AS terkemuka khususnya sektor teknologi komputer dan semikonduktor di kawasan Silicon Valley. Data peran imigran disampaikan lembaga Partnership for American Economy.
Menurut laporan lembaga itu pada 2011, sekitar 45% dari 500 perusahaan didirikan warga AS dari generasi pertama dan kedua yang berasal dari kaum imigran.
Bahkan, perusahaan-perusahan itu masuk Fortune 500. Setiap tahun majalah terkemuka Fortune merilis 500 perusahaan terkemuka dengan pendapatan yang luar biasa. Perusahaan-perusahaan itu masuk kategori Fortune 500.
Trump ditentang
Kebijakan Trump ditentang Ford Executive Chairman, Bill Ford, dan CEO Mark Fields. Dalam memo yang ditujukan ke para pekerja, mereka menyatakan tak sepakat dengan pemikiran Trump.
“Penghormatan kepada semua orang adalah nilai inti dari Ford Motor Company dan kami bangga dengan keanekaragaman perusahaan kami sebagai rumah dari seluruh dunia,” ucap Bill Ford dan Mark Fields dalam pernyataan bersama.
Bukan hanya produsen kendaraan Ford Motor Company yang menyatakan sangat kecewa. Jajaran pemimpin perusahaan dari Apple, Google, dan Facebook melontarkan kemarahan atas kebijakan Trump yang melarang imigran dari tujuh negara masuk ke AS.
Tim Cook, Chief Executive Apple, mengatakan perusahaan tidak mendukung kebijakan itu. “Apple tidak akan ada tanpa kaum imigran,” tegas Cook. Apalagi pendiri Apple, Steve Jobs, dikenal sebagai imigran asal Suriah.
Respons serupa disampaikan Google. Bahkan Google telah mengirim memo kepada para karyawan mereka. Google meminta otoritas AS menunda rencana dari kebijakan Trump yang kontroversial tersebut.
Google juga meminta karyawan jangan keluar dari AS dalam waktu dekat. “Silakan jangan pergi ke luar AS sampai larangan tersebut dicabut. Untuk sementara pembatasan izin masuk yang berlaku 90 hari, itu kecil kemungkinan diperpanjang dan belum ada peringatan,” demikian penjelasan pihak Google.
Terkait dengan kebijakan Trump, perusahaan Microsoft merasa resah. Pemimpin perusahaan Microsoft Brad Smith mengatakan pihaknya mempekerjakan 76 imigran dan tidak menutup kemungkinan terkena dampak dari kebijakan Trump.
Namun, Smith menegaskan kepada para karyawannya via surel bahwa perusahaan akan memberi asistensi dan bantuan hukum apabila ada di antara mereka yang tersangkut kebijakan otoritas pemerintah AS tersebut. (Financial Times/CNN/Irene Harty/I-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved