Headline
BANGSA ini punya pengalaman sejarah sangat pahit dan traumatis perihal kekerasan massal, kerusuhan sipil, dan pelanggaran hak asasi manusia
BANGSA ini punya pengalaman sejarah sangat pahit dan traumatis perihal kekerasan massal, kerusuhan sipil, dan pelanggaran hak asasi manusia
SETELAH melakukan pertemuan di Astana, Kazakhstan, Pemerintah Suriah dan kelompok oposisi (Pasukan Pembebasan Suriah) akan melanjutkan penyelesaian krisis Suriah di Jenewa, Swiss, tanpa melibatkan negara-negara Barat. Meskipun belum mendapatkan jadwal pasti, pertemuan bulan depan itu memastikan kedua pihak kembali bertemu. “Pertemuan sebelumnya di istana pada 23-24 Januari merupakan pertemuan pertama mereka. Pertemuan itu sangat penting karena akhirnya mereka berada dalam satu atap dan melihat satu sama lain, suatu kemajuan yang belum pernah dilakukan sebelumnya,” tutur Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Galuzin di Kedubes Rusia, Jakarta, Selasa (31/1).
Dalam pertemuan yang melibatkan Rusia, Turki, dan Iran itu, ketiga negara juga berkomunikasi dengan oposisi dan menyepakati adanya kerja sama untuk mengawasi dan memastikan keterlibatan penuh dalam gencatan senjata yang berlangsung di Suriah. Galuzin mengatakan ketiga negara akan membuat situasi mudah, aman, dan damai agar bantuan kemanusiaan dapat disalurkan ke Suriah. Ketiga negara juga sepakat melawan kelompok Islamic State (IS) dan afiliasinya.
“Itulah mengapa kami mengang gap pertemuan itu penting, terlepas dari perasaaan negatif satu sama lain,” lanjut Galuzin. Pertemuan di Jenewa juga dianggap tak kalah penting karena selain oposisi politik, oposisi militer juga bersedia hadir. Ia mengakui Rusia akan memberikan konsep konstitusi baru untuk Suriah di per temuan mendatang. (Ire/I-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved