Headline
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
Masalah kesehatan mental dan obesitas berpengaruh terhadap kerja pelayanan.
HAMZA Hamad, 16, seorang siswa sekolah menengah atas, telah mendekam di penjara Israel selama sekitar 10 bulan karena diduga terkait dengan kelompok Hamas.
Dia salah satu tahanan termuda di antara ribuan warga Palestina yang ditahan otoritas Israel atas apa yang mereka sebutkan sebagai penahanan administratif dalam kurun waktu setengah abad pendudukan militer Israel di Tepi Barat.
Apa yang menimpa Hamza Hamad bagaimanapun cukup mencuri perhatian. Bukan saja karena ia tahanan yang terbilang muda, melainkan juga karena Hamad tidak pernah dituntut secara hukum atas apa yang dituduhkan kepadanya. Aktivis hak asasi manusia mengecam langkah Israel menahan Hamza. Namun, itu tak membuat Israel melunak. Bagi Israel, penahanan itu merupakan bentuk pencegahan terjadinya serangan terhadap warga sipil.
Bahkan belakangan, para pejabat Israel memberi sinyal bahwa mereka akan memperluas kebijakan penahanan administratif untuk mencegah kemungkinan terjadinya serangan yang bisa saja terinspirasi dari kelompok IS. Salah satu contohnya terjadi awal bulan ini ketika kerumunan tentara Israel diserang dengan sebuah truk dan menewaskan empat orang.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membandingkannya dengan model serangan yang sama seperti terjadi di Eropa (Jerman dan Prancis). Israel memastikan bahwa penahanan administratif menjadi sarana melawan ancaman kelompok pejuang Palestina.
Di beberapa tempat lain, Prancis dan Inggris menerapkan kebijakan penahanan administratif ini dalam konflik di Aljazair dan Irlandia Utara. Namun, kemudian mereka tak lagi memberlakukannya.
Aktivis HAM mengatakan praktik Israel ini sangat menonjol karena menerapkan penahanan administratif sebagai bagian dari pendudukan militer.
"Cara-cara yang luar biasa ini masih terus digunakan sebagai sesuatu yang rutin dan seolah-olah biasa," kata Sari Bashi dari kelompok Pemantau Hak Asasi Manusia.
"Keharusan militer bisa menjadi lebih besar hanya selama masa penuh ketegangan dan eskalasi. Namun, penahanan administratif yang dilakukan sejauh itu jadi pilihan terakhir yang memang mutlak," katanya. "Dan praktik Israel menunjukkan bahwa itu telah disalahgunakan."Hamad ditangkap pada Agustus 2015. Ketika itu, ia berusia 15 tahun dan ditahan selama sekitar 22 hari di Jerusalem. Di sana dia dipukuli dan ditanyai soal senjata.
Februari lalu, sebulan setelah ulang tahun ke-16 Hamad, tentara Israel kembali menangkapnya dari rumahnya di Desa Silwad hingga menghirup udara kebebasan pada Desember tahun lalu. (AP/Thomas Harming Suwarta/I-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved