Headline
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
Masalah kesehatan mental dan obesitas berpengaruh terhadap kerja pelayanan.
SEJUMLAH negara menyampaikan harapan agar kesepakatan dagang 12 negara, Trans Pacific Partnership (TPP), dapat diwujudkan meski Amerika Serikat (AS) telah menegaskan bahwa mereka keluar dari perjanjian tersebut.
Perdana Menteri (PM) Australia Malcolm Turnbull mengatakan telah mendiskusikan masa depan TPP dengan PM Jepang, Singapura, Selandia Baru, dan semua anggota TPP termasuk Kanada, Meksiko, Peru, Cile, Vietnam, Malaysia, dan Brunei Darussalam.
"Kehilangan AS dari TPP adalah kerugian besar, tidak diragukan lagi. Meski begitu, kita tidak akan pergi begitu saja dari komitmen untuk lapangan kerja penduduk Australia," ujar Turnbull.
PM Australia juga mengatakan semua negara TPP tengah bekerja untuk mempertahankan momentum menuju pasar terbuka dan perdagangan bebas, serta yakin TPP akan bertahan meskipun tanpa AS.
"Percayalah, proteksionisme bukanlah tangga untuk bisa keluar dari jebakan pertumbuhan rendah. Itu adalah sekop untuk menggali lebih dalam lagi," tegas Trunbull.
Pada Senin (23/1), Presiden AS Donald Trump melaksanakan tindakan pertamanya setelah dilantik sebagai presiden dengan secara resmi keluar dari TPP.
Orang nomor satu AS tersebut menyebut TPP adalah kerugian bagi bisnis AS dan lebih memilih perjanjian satu-satu (bilateral) dengan negara lain jika dibandingkan dengan kesepakatan multinasional seperti TPP.
Turnbull menyebut keputusan Trump adalah pukulan besar terhadap TPP. Namun, ia menyarankan negara lain seperti Tiongkok dapat mengisi kekosongan yang ditinggalkan AS.
Teori Tiongkok bergabung dengan TPP, menurut Turnbull, dapat dilakukan, tapi akan membutuhkan perubahan dalam kesepakatan.
Bentuk TPP dapat berlaku setelah disahkan enam negara yang mencapai 85% produk domestik bruto (PDB) negara anggotanya dan AS menyumbang 60% dari PDB gabungan. Jadi, keluarnya AS menyebabkan TPP tidak bisa diimplementasikan saat ini.
Tetap siap
Keputusan AS tersebut juga merupakan kemunduran bagi pemimpin negara TPP yang telah menginvestasikan modal politik dalam 'pertempuran' mendapatkan ratifikasi.
Hal itu juga berlaku bagi PM Jepang Shinzo Abe yang telah memberi tahu anggota kong-res selama debat parlemen soal harapan dirinya meraih pengertian Trump mengenai pentingnya TPP. Abe bahkan menyampaikan harapannya untuk bertemu dengan Trump sesegera mungkin.
Jepang yang telah meratifikasi TPP pada minggu lalu sangat menyadari rencana Trump untuk keluar. Namun, Abe mengatakan tujuan perjanjian itu masih penting untuk Jepang dan TPP dapat menjadi contoh kesepakatan dagang dengan negara lain.
Sementara itu, Menteri Perdagangan Kedua Malaysia Ong Ka Chuan mengatakan 11 negara TPP akan bertemu dan mendiskusikan langkah selanjutnya. "Dua belas negara telah menandatangai TPP, tapi sekarang satu ingin keluar. Sebelas negara lain dapat melanjutkan dengan membuat perubahan untuk klausa. Ada banyak kemungkinan mengenai apa yang masih bisa dilakukan 11 negara," ujar Ong seperti dikutip kantor berita Bernama.
Meskipun kehilangan AS berarti kehilangan hampir dua pertiga pasar TPP, PM Selandia Baru Bill English mengatakan kesepakatan tersebut masih menguntungkan bagi negaranya dan layak untuk dikejar.
Apa pun nasib TPP, kawasan juga tidak menunjukkan tanda kemunduran dari tren pasar terbuka yang membantu mengubah banyak negara berkembang untuk menjadi zona relatif stabil yang makmur. (AP/I-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved