Trump Hadir, Musik Politis Jaya Kembali

MEMBUAT Amerika Serikat (AS) jaya kembali (make America great again) ialah slogan kampanye Donald Trump yang sekaligus menjadi 'sihir' yang menaklukkan para pemilih dalam pemilu.

Siapa sangka satu hal yang sudah sukses dibuat berjaya oleh Trump saat ini ialah lahirnya musik politis.

Trump dilantik dengan sumpah untuk membangun kembali industri di AS.

Tanpa sengaja, kini dia mewujudkan janji itu, membangun musik politis.

Lagu-lagu bernada anti-Trump dan yang menyuarakan perlawanan terhadap kepresidenannya tumbuh bak jamur di musim penghujan atau menyebar begitu cepat.

Retorika dan janji kontroversial Trump selama kampanye memicu banjir lagu dengan lirik protes dan kritik.

Nuansa kemarahan merambati nada musik-musik ini.

Sebagian besar seniman itu memilih gitar tinggi desibel untuk melampiaskan frustrasi, sementara sebagian lainnya mengambil nada lebih masam.

Dua band besar merilis musik pertama mereka setelah vakum beberapa tahun bertepatan dengan pelantikan.

Arcade Fire, misalnya, menelurkan I Give You Power melalui kolaborasi dengan veteran Mavis Staples.

Band ini mengatakan akan menyumbangkan dana untuk American Civil Liberties Union, yang telah bersumpah melawan Trump secara agresif lewat pengadilan.

Sementara itu, grup musik virtual Gorillaz merilis lagu baru Hallelujah Money yang menyoroti pengaruh korosif bisnis besar pada politik yang sesuai dengan konteks Trump.

Proyek ini melibatkan penyanyi Inggris yang memenangi Mercury Award, Benjamin Clementine.

Sejumlah musikus juga telah mengambil peran yang semakin nyaring sejak pemilu.

Grup band Green Day meneriakkan No Trump! No KKK! No Fascist USA! saat tampil di American Music Awards pada November untuk menyegarkan slogan punk yang sejak itu telah dianut demonstran anti-Trump.

Selain itu, Dj dan aktivis Moby mengeluarkan video Erupt and Matter, yang menampilkan Trump bersama pemimpin sayap kanan Eropa berperang di jalanan. (AFP/Haufan Hasyim Salengke/I-4)