Headline

Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan

Fokus

Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah

Filipina-Rusia Latihan Militer

04/1/2017 07:10
Filipina-Rusia Latihan Militer
(AP/AARON FAVILA)

ANGKATAN Laut Rusia menyatakan kesiapan untuk menggelar latihan perang bersama dengan Angkatan Laut Filipina setelah dua kapal perang milik Kremlin berlabuh di Manila, Filipina, Selasa (3/1).

Wakil Komandan Armada Pasifik Angkatan Laut Rusia Laksamana Eduard Mikhailov mengatakan latihan militer bersama akan memfokuskan upaya mengatasi aksi terorisme dan perompakan yang kerap terjadi di kawasan perbatasan Filipina.

"Kami sangat meyakini, di masa mendatang, kami akan berlatih bersama Anda (Filipina), mungkin hanya manuver atau menggunakan beberapa sistem tempur dan pendukung militer yang lainnya," ujar Mikhailov.

Mikhailov menyebut kemungkinan untuk latihan militer bersama dengan melibatkan pasukan Tiongkok dan Malaysia di kawasan Laut China Selatan. Latihan militer bersama tersebut digelar di perairan sengketa dan telah menjadi sumber ketegangan selama puluhan tahun.

"Kami benar-benar berharap dalam beberapa tahun, misalnya latihan militer di kawasan Anda (Filipina) di Laut China Selatan, akan melibatkan tidak hanya Rusia-Filipina, tetapi juga bersama Tiongkok dan mungkin Malaysia," ujarnya.

Menurut Komandan Angkatan Laut Filipina Francisco Cabudao, kunjungan dua kapal Rusia tersebut merupakan kunjungan ketiga kalinya ke Filipina.

Kapal perang Rusia kerap berkunjung setelah Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengalihkan kebijakan tidak lagi berporos kepada Amerika Serikat (AS).

Filipina ialah bekas koloni AS dan selama beberapa dekade telah menjadi negara sekutu 'Negeri Paman Sam' yang paling loyal dan sangat penting di kawasan Asia. Kedua negara, Filipina dan AS, tergabung dalam pakta pertahanan bersama.

Setelah enam bulan memimpin pemerintahan, Presiden Duterte secara dramatis telah mengubah aliansi militernya dan kebijakan luar negerinya dengan menggandeng dua mitra barunya, yakni Tiongkok dan Rusia.

Duterte telah mengeluarkan sejumlah ancaman berulang untuk mengurangi atau bahkan mengakhiri hubungan militer dan diplomatik dengan Washington.

Mantan Wali Kota Davao itu telah pula menunda puluhan latihan perang bersama Filipina dan AS yang tiap tahun digelar. Duterte juga meminta semua pasukan AS meninggalkan wilayah Filipina.

Permusuhan kedua negara dimulai ketika Presiden AS Barack Obama mengecam kebijakan perang terhadap narkoba yang diusung Duterte yang telah menyebabkan ribuan orang tewas di Filipina.

Pada Oktober lalu, dalam kunjungannya ke Tiongkok, Duterte juga mengumumkan rencananya untuk menjalin hubungan yang lebih erat dengan Rusia dan Tiongkok.

"AS telah kehilangan. Saya telah menyesuaikan diri saya sendiri dalam aliran ideologi Tiongkok," ujarnya. (AFP/Ihs/I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya