Headline
Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan
Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah
PRESIDEN Filipina Rodrigo Duterte pada Kamis (29/12) menyebut Duta Besar Amerika Serikat 'mata-mata', pekerjaan yang dikatakannya dilakukan beberapa utusan, yang ditunjuk semata-mata untuk melaksanakan tugas itu.
Duterte mengeluarkan pernyataan tersebut saat menanggapi laporan media tentang dugaan rencana AS untuk menggoyahkan pemerintahnya.
Mantan wali kota garang itu mengatakan, meskipun tidak menerima laporan intelijen tentang rencana AS merusak kepresidenannya, ia percaya bahwa sebagian besar duta besar bersekongkol dengan Badan Intelijen Pusat (CIA), yang memiliki rekam jejak ikut campur dalam urusan negara lain.
Surat kabar Manila Times pada Selasa (27/12) mengabarkan bahwa seorang mantan Duta Besar AS untuk Filipina sudah menyiapkan cetak biru untuk melemahkan Duterte, mengutip dokumen dari yang digambarkannya sebagai sumber tingkat tinggi. Departemen Luar Negeri AS telah membantah tudingan tersebut.
"Sebagian besar Duta Besar Amerika Serikat, tidak semua, tidak betul-betul mumpuni. Pada saat sama, mereka memata-matai. Mereka terhubung dengan CIA," kata Duterte dalam wawancara televisi.
"Duta besar negara adalah mata-mata nomor satu. Namun, ada duta besar AS, keahlian mereka adalah betul-betul untuk melemahkan pemerintah," katanya tegas.
Duterte tidak merahasiakan dendamnya terhadap AS. Ia secara khusus melancarkan penghinaan terhadap Presiden Barack Obama, yang dihardiknya untuk 'pergi ke neraka', sebagian besar terkait keprihatinan Obama atas perang mematikan Duterte terhadap narkotika.
Ia berulang kali mengancam membatalkan perjanjian keamanan dengan AS dan hampir setiap hari mengungkapan kemunafikan dan tekanan negara adidaya itu.
Pada Kamis, Duterte mengatakan akan menghormati perjanjian-perjanjian itu dan bahwa ia menyukai Donald Trump serta tidak sabar menunggunya presiden terpilih AS tersebut mulai menjabat.
Manila Times mengatakan Philip Goldberg, yang baru-baru ini mengakhiri masa jabatannya sebagai duta besar di Manila, meletakkan berbagai siasat selama 18 bulan untuk menggoyang Duterte.
Siasat itu termasuk mendukung oposisi dan menguasai media, tentara, negara tetangga, dan pejabat tinggi pemerintah untuk berbalik melawan Duterte dan mengucilkannya secara ekonomi.
Duterte tidak menyukai Goldberg dan sebelumnya menyebutnya 'anak sundal penyemburit'. Ia merujuk pada duta besar itu tiga kali berturut-turut dalam wawancara langsung televisi pada Kamis, menyebutnya mahabintang Washington dengan rekam jejak mencoba melemahkan pemerintah.
Goldberg diusir sebagai duta besar untuk Bolivia pada 2008 oleh Presiden Evo Morales, yang menuduhnya memihak kanan lawannya dan mendalangi unjuk rasa. AS menolak tuduhan dan mengatakan pengusiran itu merupakan 'kesalahan besar'.
"Mungkin dia akan menyangkalnya tapi itu tidak baik," kata Duterte tentang dugaan cetak biru Goldberg, yang katanya masuk akal karena sejarah Goldberg.
Ia menambahkan, "Anda mungkin bisa menggusur saya, tapi saya akan membuat hidung Anda berdarah." Reuters tidak berhasil menghubungi Goldberg pada pekan ini. Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk Asia Timur dan Pasifik Daniel Russel menolak berita Manila Times itu.
"Tidak ada cetak biru seperti itu," katanya dalam pernyataan pada Selasa, AS menghormati kedaulatan Filipina dan pilihan demokratik rakyat Filipina. (OL-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved