Pearl Harbor, Simbol Rekonsiliasi Hubungan AS-Jepang

PERDANA Menteri Jepang, Shinzo Abe, mengunjungi Pearl Harbor, tempat historis yang memprovokasi Amerika Serikat terlibat dalam Perang Dunia II, kemarin. Kunjungan bersejarah itu akan memperkuat rekonsiliasi kedua negara.

Abe akan menjadi perdana menteri Jepang pertama yang mengunjungi bangkai kapal USS Arizona, yang kehilangan 1.177 anggota akibat serangan Jepang pada 75 tahun silam. Presiden AS, Barrack Obama akan menyambut kedatangan Abe.

Kedua pemimpin akan menggunakan perahu menuju tugu peringatan berdinding putih yang berada di atas kapal yang tenggelam itu dan masih tergeletak di bawah perairan yang biru jernih.

Serangan mendadak Jepang terhadap armada AS yang tengah berlabuh di Pearl Harbor 7 Desember 1941 mengubah Pasifik menjadi kawah konflik. Pesawat-pesawat tempur Jepang melaju dari enam kapal induk yang dipimpin Laksamana Isoroku Yamamoto bermanuver. Serangan tersebut disiapkan Jepang selama berbulan-bulan dan berlangsung hanya dua jam.

Armada Pasifik AS kehilangan 21 kapal perang, 328 pesawat, serta 2.400 pelaut dan marinir. Akibat serangan itu, AS terseret ke dalam perang yang berkobar di Eropa dan koloninya. Perang berakhir setelah Washington memilih meluncurkan bom atom ke Hiroshima dan Nagasaki untuk mengakhiri perang.

Setelah serangan ke Pearl Harbor, suara kebencian antara dua negara terdengar nyaring. Kongres AS mendeklarasikan perang terhadap Jepang. Slogan ‘Remember Pearl Harbor’ (Ingat Pearl Harbor) bergema menggantikan slogan “America first” (Amerika yang pertama) dalam pidato-pidato politik.

Namun, kerja sama pascaperang menyembuhkan semua luka. Mei lalu, Obama mengunjungi Hiroshima untuk memberi penghormatan. Menjelang kunjungan ini, Abe mengubah slogan ‘Remember Pearl Harbour’ dalam resonansi baru.

“Masyarakat Jepang dan AS dalam posisi saling membenci. Saya berharap citra kami bersama-sama mengunjungi Pearl Harbor mengubah ‘Remember Pearl Harbor’ menjadi simbol kekuatan rekonsiliasi,” tutur Abe.

Saat ini, hanya lima awak Arizona yang masih hidup. Tugu peringatan serangan Jepang itu masih menjadi daya tarik bagi wisatawan. Meski demikian, perpecahan akibat perang telah memudar saat ini. Saat ini, kampung halaman Obama itu memiliki reputasi sebagai salah satu tempat paling multietnik dan multibudaya di AS.

“Populasi Hawaii sangat multi-etnik dengan populasi Jepang yang sangat besar,” ungkap anggota Senat Negara Bagian Hawaii, Stanley Chang.

“Saya rasa tidak ada perasaan antipati terhadap Jepang, 75 tahun setelah serangan itu,” tambahnya.

Kekuatan rekonsiliasi yang ditunjukkan di Hawaii ini membuat Obama dan Abe memilihnya sebagai lokasi untuk merayakan kemitraan AS-Jepang, tiga perempat abad setelah hari kelabu, julukan bagi serangan Jepang tersebut.

Pertemuan kedua pemimpin itu dilakukan di tengah persiapan Abe untuk memimpin negerinya mengarungi hubungan yang tidak terduga dengan AS setelah presiden AS terpilih Donald Trump memperkeruh hubungan yang telah erat itu. (AFP/Ire/I-1)