Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
KEMENTERIAN Dalam Negeri (Kemendagri) Mesir, Selasa (13/12), menuding keterlibatan Ikhwanul Muslimin dalam serangan bom di Gereja Koptik Mesir yang menewaskan 25 orang pada Minggu (11/12). Pelaku bom bunuh diri diidentifikasi sebagai orang yang menerima sokongan keuangan dan logistik serta instruksi dari para pemimpin Ikhwanul Muslimin di Qatar untuk melakukan serangan.
“Serangan ini benar-benar menyakitkan kita dan menyebabkan luka mendalam, tapi ini tidak akan menghancurkan kita. Dengan petunjuk Tuhan, kita akan memenangi perang ini,” ujar Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi, Selasa (13/12).
Pemerintah Mesir pada Senin (12/12) telah merilis identitas pelaku, yakni Mahmoud Shafik Mohamed Mostafa. Hasil tes DNA dari bagian tubuh yang ditemukan di tempat kejadian cocok dengan keluarga Mostafa. Kemendagri Mesir mengatakan pria berusia 22 tahun itu pernah ditahan bersamaan dengan operasi pengamanan konvoi bersenjata Ikhwanul Muslimin pada 2014. Namun, ia kemudian dibebaskan pada Mei di tahun yang sama.
Selama penyelidikan, pihak berwenang menemukan bukti di tempat persembunyian Mustofa dan kelompoknya yang berupa dua sabuk yang siap untuk diledakkan serta bahan lain yang digunakan sebagai alat peledak. Mostafa juga sedang diincar pihak kepolisian karena terkait dengan dua kasus lain sehubungan dengan kelompok-kelompok fundamentalis.
Pemerintah juga sudah menangkap empat orang yang terkait dengan aksi bom bunuh diri tersebut, yakni Rami Mohamed Abdel Hameed Abdel Ghani yang diduga memberikan perlindungan dan mempersiapkan Mostafa serta menyembunyikan bahan peledak, Mohamed Hamdi Abdel Hamid Abdel Ghani, Mohsen Mostafa el-Sayed Qassem, dan seorang perempuan bernama Ola Hussein Mohamed Ali. Selain empat orang tersebut, pemerintah tengah mengejar adanya kemungkinan para pelaku lain.
Mostafa diketahui sebagai anggota kelompok yang dipimpin Mohab Mostafa el-Sayed Qassem yang dikenal juga sebagai ‘The Doctor’. Qassem melarikan diri ke Qatar pada 2015 tempat ia bertemu dengan beberapa pemimpin Ikhwanul Muslimin. Qassem kemudian ditawari dukungan keuangan dan logistik untuk melakukan serangan sekembalinya ia ke Mesir.
Serangan itu menargetkan warga Kristen Koptik yang merupakan kelompok minoritas di Mesir, yakni 10% dari total penduduk Mesir. Tujuannya ialah memicu krisis sektarian dalam skala besar.
Kemendagri Mesir juga mengaitkan pernyataan kelompok yang ‘dekat’ dengan Ikhwanul Muslimin, Dewan Revolusi Mesir, pada 5 Desember yang ‘bersumpah untuk menargetkan kepala Gereja Ortodoks’. Namun, pihak Ikhwanul Muslimin membantah keterlibatan mereka. (AFP/Ths/I-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved