Headline
Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.
Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.
Angka penduduk miskin Maret 2025 adalah yang terendah sepanjang sejarah.
DELEGASI negara asing yang mengikuti Bali Democracy Forum (BDF) 2016 mengunjungi pondok pesantren Bali Bina Insani di Kabupaten Tabanan, Bali, Jumat (9/12), untuk melihat praktik toleransi yang diterapkan di pesantren itu.
Kunjungan ke ponpes itu merupakan bagian dari agenda BDF.
Ponpes yang memiliki mayoritas murid beragama Islam di tengah komunitas masyarakat Hindu tersebut cocok menjadi contoh nyata toleransi dan pluralisme di Indonesia.
"Kami sengaja mengambil program ini untuk memperlihatkan di lapangan pada level masyarakat ada kebersamaan dan toleransi berjalan. Bagaimana mungkin di tengah-tengah masyarakat Hindu berdiri sebuah ponpes yang hidup dengan nyaman tanpa gangguan apa pun. Ini menjadi satu contoh bagaimana perbedaan bisa dijadikan modal untuk membangun kualitas manusia yang berintegritas," ujar Menlu Retno LP Marsudi yang memimpin delegasi peserta BDF.
Menurut pimpinan Pondok Pesantren Bali Bina Insani Tabanan, Drs H Ketut Imaduddin Djamal, ponpes tersebut mengajarkan kebersamaan dan toleransi terhadap semua manusia.
"Ada banyak perbedaan di sini. Ada Islam, Kristen, Hindu, dan yang lainnya. Di sini, pluralisme bukanlah sebuah ide, melainkan fakta," ujar Ketut.
Ketut juga mengatakan terdapat 16 guru beragama Hindu di ponpes yang memiliki 341 santri itu.
Bahkan, di tingkat madrasah aliah ada 50% murid beragama Hindu dan 50% beragama Islam.
"Jika di Indonesia terdapat Pancasila, di pondok ini ada pancajiwa. Pertama, keikhlasan, kedua loyalitas, ketiga integritas, keempat persaudaraan, dan kesederhanaan. Inilah yang kami ajarkan kepada semua santri di sini," ujar Ketut.
Para delegasi BDF juga menunjukkan apresiasi mereka.
Delegasi Namibia yang diwakili Duta Besar Namibia untuk Indonesia, Anne Namakau Mutelo, memuji toleransi yang terjalin. (Ihs/I-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved