Headline

Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.

Rekaman Bocor, Eks Kepala Intelijen Israel: Kematian Puluhan Ribu Warga Gaza "Diperlukan"

Ferdian Ananda Majni
19/8/2025 14:13
Rekaman Bocor, Eks Kepala Intelijen Israel: Kematian Puluhan Ribu Warga Gaza
Rekaman sudio Eks Kepala Intelijen Israel bocor(AFP)

Sebuah rekaman audio mantan Kepala Intelijen Militer Israel, Mayor Jenderal Aharon Haliva, bocor ke publik dan memicu gelombang kecaman internasional. Dalam rekaman yang dirilis Channel 12 Israel pada Jumat (15/8), Haliva terdengar menyebut kematian puluhan ribu warga Palestina di Gaza sebagai sesuatu yang diperlukan untuk masa depan.

"Untuk semua yang terjadi pada 7 Oktober, untuk setiap satu korban pada 7 Oktober, 50 warga Palestina harus mati," kata Haliva dalam rekaman itu seperti dikutip CNN, Selasa (19/8).

Ia bahkan menambahkan, "Sekarang, tidak masalah jika mereka anak-anak."

Haliva juga menyatakan bahwa fakta lebih dari 50 ribu orang tewas di Gaza dianggapnya “diperlukan dan dibutuhkan untuk generasi mendatang.”

Dalam bagian lain rekaman, ia mengatakan warga Gaza sesekali “butuh Nakba agar bisa merasakan akibatnya,” merujuk pada peristiwa 1948 ketika ratusan ribu warga Palestina diusir dari rumah mereka saat berdirinya Israel.

Tidak jelas kapan pernyataan itu diucapkan. Namun, angka korban jiwa di Gaza memang telah melampaui 50 ribu sejak Maret lalu. Channel 12 tidak menyebutkan kepada siapa Haliva berbicara.

Dalam pernyataan resminya, Haliva mengaku perkataan itu disampaikan dalam forum tertutup dan ia menyesalinya.

“Isi rekaman hanyalah fragmen-fragmen yang tidak lengkap, yang tidak dapat mencerminkan gambaran utuh, terutama jika menyangkut isu-isu yang kompleks dan rahasia,” ujarnya.

Rekaman ini memicu reaksi keras dari Hamas yang menyebutnya sebagai bukti kejahatan terhadap rakyat Palestina merupakan keputusan tingkat tinggi Israel.

Tekanan internasional pun meningkat, dengan Perdana Menteri Selandia Baru Christopher Luxon menyatakan Benjamin Netanyahu telah kehilangan kendali dan menyebut rencana pendudukan Gaza tidak dapat diterima. Perdana Menteri Denmark, Mette Frederiksen, juga menilai Netanyahu kini menjadi masalah tersendiri.

Haliva sebelumnya menjabat sebagai kepala intelijen militer saat serangan Hamas ke Israel selatan pada 7 Oktober 2023. Ia mundur pada April 2024 dengan alasan tanggung jawab kepemimpinan, menjadi perwira senior pertama IDF yang mengundurkan diri setelah serangan tersebut.

Sementara itu, laporan Komite Khusus PBB pada November lalu menyebut tindakan Israel di Gaza memiliki karakteristik genosida. Dua kelompok HAM Israel juga menuduh pemerintah melakukan genosida, tudingan yang dibantah militer Israel dengan alasan operasi dilakukan sesuai hukum internasional. (Z-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana
Berita Lainnya