Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
STUDI terbaru mengungkap kemungkinan salah satu pemakaman manusia tertua di dunia—yang menyimpan sisa-sisa tengkorak seorang anak—bisa jadi merupakan hasil persilangan antara manusia modern (Homo sapiens) dan Neanderthal.
Para peneliti menganalisis tengkorak dari situs pemakaman berusia 140.000 tahun di Gua Skhul, Gunung Karmel, Israel. Hasil pemindaian CT menunjukkan bahwa bagian tempurung otak (neurokranium) milik anak tersebut memiliki ciri-ciri Homo sapiens, sementara rahangnya (mandibula) menyerupai Neanderthal. Kombinasi ini memicu dugaan bahwa individu ini merupakan hibrida antara dua spesies manusia purba.
Sisa-sisa manusia dari Gua Skhul pertama kali ditemukan hampir seabad lalu, pada 1928. Situs ini dikenal sebagai salah satu lokasi pemakaman manusia tertua yang terorganisir, di mana para arkeolog menemukan kerangka tujuh orang dewasa dan tiga anak yang dikubur secara sengaja, serta tulang belulang dari 16 individu lainnya.
Selama bertahun-tahun, fosil dari gua ini dianggap sebagai Homo sapiens awal. Namun, dalam studi baru yang dimuat di jurnal L’Anthropologie edisi Juli-Agustus, para peneliti menyatakan tengkorak anak yang dikenal sebagai Skhul I tak bisa lagi diklasifikasikan sepenuhnya sebagai Homo sapiens.
Menurut Anne Dambricourt Malassé, paleoantropolog dari CNRS dan Museum Sejarah Alam Nasional Prancis, struktur rahang anak tersebut terlalu mirip Neanderthal untuk dianggap hanya sebagai variasi dalam Homo sapiens. Ia menyebut temuan ini sebagai bukti objektif adanya persilangan antarspesies.
Namun, tidak semua ilmuwan sependapat. Chris Stringer, ahli paleoantropologi dari Natural History Museum di London, menyatakan meski rahang tampak primitif, secara keseluruhan kerangka tetap lebih dekat ke Homo sapiens. Ia menambahkan studi ini sejalan dengan temuan lain pada 2024 yang menunjukkan adanya pertukaran gen antara manusia modern dan Neanderthal sekitar 100.000 tahun lalu.
“Meskipun mungkin bukan hibrida generasi pertama, sangat mungkin bahwa fosil dari Skhul mencerminkan adanya aliran gen antar populasi,” kata Stringer.
John Hawks, antropolog dari University of Wisconsin-Madison, mengatakan walau penelitian ini meningkatkan pemahaman terhadap anatomi tengkorak, identifikasi pasti sebagai hibrida hanya bisa dipastikan lewat analisis DNA.
“Populasi manusia memang sangat bervariasi secara alami, jadi bentuk fisik yang unik belum tentu berasal dari pencampuran genetik dengan Neanderthal,” ujarnya.
Saat ini diketahui manusia modern pernah kawin silang dengan Neanderthal, dan sebagian besar manusia masa kini memiliki 1% - 3% DNA Neanderthal. Namun, rincian interaksi tersebut dan hubungan dalam pohon keluarga manusia purba masih terus diteliti.
Tengkorak Skhul I diyakini milik seorang anak perempuan berusia sekitar 3 hingga 5 tahun. Bagian tengah wajah dan dasar tengkorak hilang, sementara sisanya ditemukan dalam potongan-potongan yang telah direkonstruksi menggunakan plester pada masa lalu, menyulitkan penelitian modern.
Beruntung, teknologi CT scan memungkinkan tim peneliti untuk “membersihkan” virtual plester tersebut dan membandingkan bentuk tengkorak dengan spesimen manusia purba lainnya.
Fitur modern dari Homo sapiens terlihat pada orientasi vertikal tulang di dasar tengkorak, sedangkan tidak adanya dagu—ciri khas Neanderthal—terlihat jelas pada rahang anak tersebut.
Jika benar anak ini merupakan hasil persilangan, maka interaksi antara manusia modern dan Neanderthal terjadi jauh lebih awal dari yang selama ini diperkirakan, dan pemakaman di Gua Skhul menjadi bukti penting hubungan genetik tersebut.
Bagi para ilmuwan, temuan ini menjadi petunjuk baru dalam menyusun ulang sejarah evolusi manusia dan hubungan kompleks antar spesies yang hidup berdampingan puluhan ribu tahun lalu. (Live Science/Z-2)
Penelitian mengungkap Homo sapiens kemungkinan selamat dari peristiwa Laschamps karena teknologi sederhana.
Manusia modern, Homo sapiens, pertama kali berevolusi di Afrika sekitar 300.000 tahun yang lalu sebelum bermigrasi ke berbagai belahan dunia.
Penemuan jejak kaki manusia purba yang diperkirakan berusia 115.000 tahun di Gurun Nefud, Arab Saudi, menambah bukti penting terkait migrasi Homo sapiens dari Afrika ke Asia.
Sekitar 40.000 tahun yang lalu, Homo sapiens muncul dari Afrika menggantikan Neanderthal, yang telah hidup di Eurasia barat selama ratusan ribu tahun.
Neanderthal adalah spesies kuno yang tinggal di Eurasia 40.000 tahun yang lalu.
Ilmuan mengungkap manusia Neanderthal menjalankan 'pabrik lemak' sekitar 125.000 tahun lalu.
Penemuan titik merah berusia 43.000 tahun di batu berbentuk wajah di Spanyol mungkin merupakan sidik jari Neanderthal tertua.
Penemuan ratusan alat batu di Longtan, Tiongkok, mengungkapkan tradisi pembuatan alat yang mirip dengan gaya Quina yang sebelumnya dianggap khas Neanderthal di Eropa.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved