PERNYATAAN kandidat calon presiden Partai Republik, Ben Carson, soal seorang warga muslim tidak boleh menjadi presiden Amerika Serikat (AS), memperpanjang kontroversi kandidat presiden dari Partai Republik. Pada Minggu (20/9), dalam wawancara di stasiun televisi NBC, Carson ditanya apakah agama presiden AS harus menjadi pertimbangan. Jawabnya, "Itu tergantung agamanya. Jika tidak konsisten dengan nilai dan prinsip Amerika, tentu agama harus jadi pertimbangan. Namun jika cocok dengan realitas AS dan konsisten dengan konstitusi, tidak ada masalah." Carson menambahkan, "Saya tidak akan menempatkan seorang muslim untuk bertanggung jawab atas masa depan bangsa ini."
Pernyataan Carson itu direspons keras Dewan Hubungan Islam Amerika (CAIR). "Ini jelas mendiskualifikasi kelayakannya menjadi kandidat presiden," kata Direktur CAIR Nihad Awad sembari menyarankan seluruh kandidat presiden AS membaca ulang konstitusi AS. Juru bicara tim kampanye Carson, Doug Watts, menyatakan Carson justru akan merangkul komunitas Muslim dalam kampanyenya. "Dia tidak bermaksud mengatakan bahwa seorang muslim tidak bisa mencalonkan diri (sebagai presiden AS). Dia (Carson) hanya tidak yakin orang Amerika siap untuk itu (memiliki presiden muslim)," kata Watts.
Isu senada mencuat setelah kandidat lain dari Partai Republik, yakni Donald Trump, membiarkan sebuah pernyataan yang menyebut presiden AS saat ini, Barack Obama, ialah muslim. Trump kemudian menyatakan ia tidak berkewajiban moral untuk membela Obama. Anggota Komite Nasional Partai Demokrat Debbie Wasserman Schultz menyatakan, "Seorang muslim atau warga AS lainnya dapat mencalonkan diri sebagai presiden. Titik. Berpikir sebaliknya itu berbahaya bagi proses politik kita sekaligus memvalidasi diskriminasi di negara ini," ucapnya sembari menyeru kepada Carson dan Trump untuk minta maaf.