PRESIDEN Suriah Bashar al-Assad didesak mundur oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) John Kerry. Assad dinilai tidak mampu menyelesaikan perang saudara. Bersama Rusia, AS pun mendukung perla-wanan terhadap Islamic State (IS) di wilayah Suriah.
Kerry kembali menegaskan Bashar al-Assad harus melepaskan jabatannya. Per-nyataan tersebut disampaikannya setelah berbincang dengan Menlu Inggris Philip Hammond di London, Inggris, Sabtu (19/9). Kerry mengaku siap bernegosiasi guna mencapai solusi.
"Satu setengah tahun yang lalu kami telah menyampaikan bahwa Assad harus mundur. Namun, seberapa lama, tidak harus dalam satu hari atau sebulan. Ada proses yang harus disetujui semua pihak dan mencapai pemahaman bersama," kata Kerry.
Kerry mengaku perlawanan terhadap Islamic State (IS) menjadi prioritas utama AS. Namun, pemerintahan Obama terus berkomitmen untuk menemukan solusi. "Dalam penyelesai-an politik dengan menghormati Suriah, kami meyakini tidak bisa dicapai selama masih ada Assad," kata Kerry.
Dalam kesempatan yang sama, Kerry pun menyambut baik upaya Rusia dalam melawan IS di wilayah Suriah. Proses negosiasi perlu dilakukan dengan harapan Rusia, Iran, dan negara lain yang berpengaruh bisa membantu.
Namun, sekutu Suriah, Rusia, masih memiliki pandangan berbeda dengan 'Negara Paman Sam'. Rusia tetap berkomitmen mendukung Pemerintah Bashar al-Assad. "Saat ini Assad menolak berdiskusi dan Rusia menolak membawa Assad berunding satu meja," imbuh Kerry.
Sebaliknya Phillip Hammond menyebut keterlibatan Rusia justru membuat situasi di Suriah semakin rumit. Sebelum itu, AS telah mendeteksi adanya delapan helikopter militer, sejumlah senjata arti-leri, dan kendaraan lapis baja dari Rusia dikirim ke negara Timur Tengah.
Sementara itu, sebanyak 75 pemberontak yang dilatih tentara AS dan pasukan koalisi di Turki untuk melawan kelompok itu telah bergerak memasuki wilayah utara Suriah. "Mereka memasuki Provinsi Aleppo antara Jumat (18/9) malam dan Sabtu (19/8) pagi," kata Rami Abdel Rahman, Direktur Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.
Nasib Para Migran Ribuan pengungsi dilaporkan tiba di Austria setelah diusir aparat keamanan dari Kroasia, Hongaria, dan Slove-nia. Pada Sabtu (19/9), ada sebanyak 13 ribu migran memasuki di Austria. Polisi Austria mengaku telah memulangkan setidaknya 6.700 orang ke daerah perbatasan.
Dari Pulau Lesbos, Yunani, kemarin, petugas penjaga pantai melaporkan 13 migran hilang dan diduga tewas. Mereka mengatakan telah menyelamatkan 20 orang dari lautan dengan menggunakan helikopter milik badan perbatasan Uni Eropa Frontex. Terkait krisis migran, Pemerintah Kanada menyatakan pihaknya siap menerima 10 ribu pengungsi asal Suriah dalam satu tahun. (AFP/CNN/I-3)