Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Eropa Terpecah soal Krisis Migran

Haufan Hasyim Salengke
14/9/2015 00:00
Eropa Terpecah soal Krisis Migran
(AFP/ANGELOS TZORTZINIS)
PULUHAN ribu orang menggelar protes di sejumlah kota di Eropa, Sabtu (12/9). Mereka merespons sikap pemerintah dalam menghadapi arus pengungsi yang terus menjejali 'Benua Biru'. Sebagian pengunjuk rasa menuntut agar migran yang mencari perlindungan itu diterima, tapi kelompok lainnya menyuarakan ketidaksetujuan.

Demo yang bersuara pro migran berlangsung di London-Inggris, Stockholm-Swedia, Kopenhagen-Denmark, Athena-Yunani, Madrid-Spanyol, hingga ke wilayah Asia Pasifik yakni Australia. Aksi juga terhimpun pada laman Facebook khusus dengan tajuk European Day of Action for Refugees.

Di Inggris, massa yang tergabung dalam gerakan Solida­rity with Refugees menggelar aksi di pusat Kota London juga Downing Street, kantor Perdana Menteri David Cameron. Massa berdemo sambil membentangkan plakat bertulis 'Don't Bomb Syria', 'Refugees Welcome', dan 'Solidarity with Refugees'.

Sebelum itu, pemerintahan PM Cameron telah menyatakan bahwa Inggris siap menampung hingga 20 ribu pengungsi Suriah selama lima tahun ke depan. Jeremy Corbyn, pemimpin Partai Buruh yang baru terpilih, ikut terlibat dalam aksi massa prope­nerimaaan migran. "Buka hati dan buka pikiran Anda dengan mendukung orang-orang yang putus asa ini, ingin berkontribusi untuk masyarakat kita, yang membutuhkan tempat yang aman untuk hidup. Mereka adalah manusia seperti kita semua," ujarnya.

Koordinator kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Suriah, Yacoub al-Hillo, mengatakan komunitas internasional harus berbuat sesuatu untuk menyelesaikan krisis peperangan. Jika tidak, eksodus manusia bakal terus berlangsung.

Tolak migran
Di tempat berbeda, ribuan orang berunjuk rasa di tiga ibu kota negara Eropa Timur menentang penerimaan pengungsi. Aksi antimigran itu dilakukan setelah para pemimpin Ceko, Polandia, dan Slovakia menentang skema penyaluran migran yang ditetapkan Uni Eropa.

Di ibu kota Polandia, Warsawa, hampir 5.000 orang menggelar pawai di sepanjang jalan-jalan kota menentang pengungsi. "Kami menggelar aksi ini agar pemerintah mendengar suara kami dan membatalkan penyambutan pengungsi yang mayoritas muslim," teriak salah satu pendemo.

Di Bratislava, ibu kota Slovakia, sekitar 1.500 orang menggelar aksi menyeru kepada  pemerintah dan Eropa agar tidak membuka pintu bagi migran. "Multikulturalisme hanyalah sebuah utopia, jangan buka perbatasan," ujar salah satu peserta aksi.

Kelebihan kapasitas
Kota Muenchen, Jerman, saat ini sudah berada pada batas kapasitasnya menampung pengungsi.

"Ada total 12.200 pengungsi yang tiba pada Sabtu (12/9), hari ini (kemarin) akan ada beberapa ratus lagi yang tiba. Sangat jelas bahwa kita telah mencapai batas atas kemampuan kita," kata seorang juru bicara polisi.

Muenchen merupakan gerbang kedatangan pengungsi yang masuk Jerman dengan kereta api melalui Hongaria dan Austria.

Akhir pekan lalu, 20 ribu migran tiba di stasiun kereta api utama di kota itu.

Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Jerman, Tobias Plat, mengatakan 10 ribu migran tiba di Jerman saban hari. Para pejabat di seluruh negeri telah diminta untuk membantu soal pendaftaran dan akomodasi kebutuhan mereka. (AFP/Aljazeera/CNN/I-1)

[email protected]



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya