Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Pembebasan Mosul Bahayakan Warga Sipil

Haufan hasyim Salengke
18/10/2016 08:35
Pembebasan Mosul Bahayakan Warga Sipil
(AFP/SAFIN HAMED)

BEGITU Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi memberi aba-aba serangan dimulai, kemarin pagi, jet tempur dan artileri militer langsung membombardir titik lokasi kelompok teroris Islamic State (IS) di Kota Mosul, Irak. Namun, serangan pembebasan kota yang merupakan benteng utama terakhir kelompok pimpinan Abu Bakr al-Baghdadi itu dikhawatirkan membahayakan warga sipil.

“Hari ini (Senin) saya nyatakan awal dari operasi jaya untuk membebaskan Anda dari kekerasan terorisme IS,” kata Perdana Menteri Al-Abadi dalam siaran televisi.

Beberapa jam sebelum itu, Angkatan Udara Irak menyebarkan ribuan selebaran berisi peringatan bagi warga mengenai serangan. Menurut catatan PBB, ada sekitar 1,5 juta warga sipil berada di Mosul. Mereka dikhawatirkan akan dijadikan sebagai tameng manusia oleh milisi IS selama operasi pembebasan.

Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan dan Bantuan Darurat Stephen O’Brien menyatakan keprihatinan atas keselamatan 1,5 juta warga Mosul, yang mungkin terkena dampak ­operasi militer untuk merebut kembali kota dari IS.

“Satu juta orang mungkin terpaksa meninggalkan rumah dalam skenario terburuk. Ribuan dapat secara paksa diusir atau terjebak antara garis pertempuran,” ungkap O’Brien.

Puluhan ribu warga sipil, terutama anak-anak, perempuan, dan manula, ujar O’Brien, berpotensi dalam bahaya karena pengepungan atau dijadikan tameng manusia. Bahaya yang mereka hadapi tergantung intensitas dan lingkup pertempuran.

Pertempuran panjang
Perjuangan merebut Mosul bisa menjadi pertempuran panjang dan yang paling sulit dalam perang melawan IS.

“Operasi ini bisa menjadi pertarungan yang sangat panjang, atau ISIL bisa memilih untuk menarik diri, sangat sulit untuk diprediksi. Tapi ini ialah medan pertempuran yang kompleks dan operasi kompleks,” tutur Zeina Khodr wartawan Al Jazeera yang melaporkan dari Khazir, kota di timur Mosul.

Mosul jatuh ke IS dua tahun lalu saat kelompok militan itu merebut sebagian besar wilayah utara Irak dan Suriah. Kekosongan kekuasaan di kawasan bekas perang saudara itu dengan mudah dieksploitasi IS.

Dengan merebut kembali Kota Mosul, yang dideklarasikan oleh IS sebagai ibu kota ‘khalifahnya’, akan mengenyahkan kelompok teror itu dari Irak.

“Kami bangga untuk berdiri dengan Anda dalam operasi bersejarah ini,” ujar Brett McGurk, utusan AS dalam koalisi melawan IS.

Operasi tersebut dimulai ketika IS mendapat pukul­an keras pascapasukan pemberontak Tentara Pembebasan Suriah (FSA) yang didukung Turki berhasil merebut kota simbolis Dabiq. IS mulai kehilangan banyak wilayah di Suriah dan Irak.

Upaya untuk merebut kembali Mosul dilancarkan setelah militer, yang didukung suku-suku bersenjata, milisi, dan operasi udara koalisi pimpinan AS, menguasai banyak wilayah yang disita IS pada 2014 dan 2015.

Aliansi anti-IS, termasuk koalisi tersebut, tentara Kurdi Peshmerga dan pasukan pemerintah Irak, belakangan ini telah memusatkan kekuatan di sekitar Mosul, tapi mereka perlu berjuang menembus pertahanan IS untuk masuk ke kota terbesar kedua di Irak itu. (AFP/I-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik