Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Berlomba Memanusiakan Sesama yang Papa

MI
12/9/2015 00:00
Berlomba Memanusiakan Sesama yang Papa
(AP/MICHAEL SOHN)
AKTIVITAS Frank Dittrich, pensiunan warga Jerman, kini tak lagi membosankan. Setiap hari mulai pukul 08.00 hingga pukul 19.00 selama empat minggu terakhir, ia menyambangi pusat registrasi migran untuk mendistribusikan air bagi mereka.

"Jauh lebih baik jika saya memanfaatkan waktu saya daripada berdiam diri di rumah di depan televisi," kata dia.

Dittrich turun tangan membantu migran mengingat terlalu banyak orang yang menunggu mendaftar, sedangkan tidak ada jalan bagi pemerintah untuk mengatasi hal ini bersamaan. "Mereka (migran) membutuhkan bantuan."

Bukan hanya Dittrich, ribuan warga Jerman secara sukarela bergabung membantu. Beberapa di antara mereka berjalan ke stasiun kereta memberikan boneka beruang, sebagai hiburan, kepada anak-anak yang kelelahan begitu turun dari kereta.

Warga lainnya memberikan pelajaran bahasa Jerman, membantu menerjemahkan bahasa, bahkan mempersilakan migran tinggal sementara di rumah mereka. Salah seorang sukarelawan membawa perlengkapan bayi seperti popok bayi dan selimut sampai pakaian musim dingin.

"Setiap akhir pekan atau malam, Anda akan melihat mobil satu per satu datang dengan penuh barang untuk pengungsi," kata Anderl Kammermeier, sukarelawan.

Lebih dari sekadar rasa simpati, kedatangan migran yang memprihatinkan ini mengingatkan Jerman pada era Nazi, di saat warganya juga terpaksa bermigrasi. Kammermeier mengatakan warga Jerman memiliki setidaknya anggota keluarga yang juga merupakan pengungsi.

Dalam kolom editorial berjudul 'Saya juga Seorang Pengungsi', penulis pemenang Nobel Herta Mueller mengingat bagaimana ratusan dari ribuan warga Jerman meninggalkan negara mereka selama Era Nazi dan bagaimana ribuan lainnya melarikan diri dari partai komunis Eropa Timur dan Jerman Timur.

"Saya juga pengungsi dari Rumania. Di Rumania orang-orang berbicara mengenai penyakit pengungsi. Alasannya, mereka ragu, takut mati, dan tidak punya harapan," kenangnya.

Dengan rasa sepenanggungan tersebut, Jerman sudah seharusnya memiliki tanggung jawab kepada migran. Mueller menyebut simpati merupakan wujud dari kemanusiaan. Berdasarkan survei Yougov, seperti dilansir Agensi Pers Jerman (DPA), satu dari lima warga Jerman telah membantu pengungsi.

"Orang berpikir bahwa Jerman itu dingin dengan masyarakat yang rasional. Padahal, sebenarnya mereka orang yang sangat emosional. Mereka tidak tahan melihat orang menderita seperti ini," kata Bruhn, sukarelawan. (AFP/Yanurisa Ananta/X-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya