BENCANA banjir telah menewaskan tiga orang dan menyebabkan puluhan orang lainnya hilang di wilayah timur Jepang. Otoritas setempat, kemarin, mengatakan ribuan anggota tim penyelamat dikerahkan untuk mengevakuasi warga yang terjebak dari wilayah utara Kota Tokyo.
Hujan yang sangat deras dalam beberapa dekade terakhir telah mengguyur 'Negeri Sakura'. Tidak hanya curah hujan yang tinggi, kondisi juga diperburuk dengan terjangan topan Etau. Topan yang membawa tiupan angin kencang dan mengganggu transportasi itu telah melanda Jepang sejak awal pekan ini.
Sedikitnya 22 orang termasuk sepasang anak berusia delapan tahun hilang di Kota Joso yang dilanda banjir. Hal itu dilaporkan jaringan televisi NHK yang mengutip pejabat dari kota yang berada 60 km dari Tokyo itu. Satu orang lainnya hilang di sebuah prefektur yang berada di utara Tokyo.
Joso, kota yang berpenduduk 65 ribu jiwa, dilanda banjir sejak Kamis (10/9). Penyebab banjir ialah tanggul Sungai Kinugawa yang jebol. Luapan air sungai pun menggenangi wilayah seluas 32 km persegi termasuk 6.500 rumah.
Sebuah tayangan video dramatis menunjukkan sejumlah rumah tersapu arus air yang deras. Kejadian itu mengingatkan kejadian tsunami yang melanda pantai timur laut Jepang pada empat tahun lalu.
Pemandangan memilukan juga terjadi saat upaya penyelamatan. Sejumlah warga Kota Joso yang berdiri di balkon-balkon rumah mereka melambai-lambaikan handuk untuk meminta pertolongan.
Puluhan feri milik militer menghampiri rumah-rumah warga untuk mengevakuasi para korban banjir. Sejumlah helikopter juga mengangkut sejumlah warga dengan peralatan penyelamatan dari atap-atap rumah warga. Beberapa warga juga meminta tolong melalui media sosial yang disampaikan melalui telepon pintar mereka.
Sejumlah korban selamat mengaku harus berjuang melawan deras air di tempat tinggal mereka. Arus deras yang bercampur dengan lumpur cokelat telah mengepung rumah mereka. Sejumlah pohon tercerabut dari akar dan mobil-mobil hanyut disapu air keruh.
Seorang warga Kota Joso yang dievakuasi mengaku cemas. Perempuan yang ditampung di penampungan korban tersebut mengatakan telah meninggalkan suami dan anak-anaknya untuk berbelanja pada Kamis (10/9) pagi. Namun, dia tidak bisa pulang karena tempat tinggalnya telah dikepung air.
"Saya telah di sini sejak kemarin pagi dan saya belum mendapat informasi mengenai keluarga saya," ujar perempuan berusia 60-an tahun dan mengenalkan namanya dengan sebutan Furuya itu.
Juru bicara pemerintah Jepang, Yoshihide Suga, mengatakan sekitar 5.800 anggota militer, kepolisian, dan pemadam kebakaran telah diterjunkan ke area banjir, kemarin pagi. Tim penyelamat telah bekerja keras untuk menyelamatkan korban siang dan malam. (AFP/Drd/I-2)