Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
GAZIANTEP ialah salah satu kota tertua di Turki dan terkenal kaya akan sejarah serta makanan yang unik. Kota tersebut juga menjadi kota paling padat di Turki dengan hampir 2 juta orang penduduk dan tengah terus bertambah akibat arus pengungsi dari Suriah. Saat ini Gaziantep juga harus menghadapi perubahan karena pengaruh peristiwa yang terus terjadi di seberang perbatasan Suriah. Harga akomodasi terus meroket sementara kompetisi untuk pekerjaan juga telah memicu ketegangan antara penduduk Turki dan Suriah di Gaziantep.
Itu bahkan terkadang mengarah ke tindak kekerasan. "Kendaraan milik orang Suriah memiliki pelat nomor khusus. Beberapa orang Turki yang melihat pelat tersebut akan melecehkan mereka karena tidak ingin mereka ada di sini, hanya karena mereka orang Suriah. Pelecehan juga terjadi di media sosial," ujar Ali Yousef, salah satu dari ribuan pengungsi asal Suriah yang melarikan diri ke Gaziantep. Yousef melarikan diri dua tahun lalu dari Manbij, sebuah kota di Suriah yang hanya berjarak 1 jam dari Aleppo timur, setelah kelompok Islamic State (IS) menguasai kota tersebut.
Saat ini pria 47 tahun tersebut telah memulai hidupnya kembali dengan mendirikan usaha kafe di Gaziantep. Beberapa orang Turki juga menuduh para pengungsi telah merugikan perekonomian sementara Yousef percaya kehadiran mereka justru telah memberikan dampak positif. "Ketika saya tiba di Gaziantep, kehadiran pengungsi Suriah telah mengubah kota tersebut. Harga perumahan meroket dan ekonomi telah diuntungkan," kata Yousef. "Para pengungsi Suriah menaiki taksi ke mana pun mereka pergi sehingga sopir taksi juga mendapat keuntungan. Orang Suriah ialah pekerja keras dan akan bekerja di mana pun kami pergi," ujar dia.
Di wilayah-wilayah seperti Turkmenler Caddesi tempat banyak pengungsi Suriah sekarang tinggal juga terjadi sebuah koeksistensi yang tidak mudah. "Sebelum pengungsi Suriah datang, saya menyewa rumah seharga 200 atau 300 lira (US$66-US$100). Sekarang harganya naik hingga 600 lira," ujar Nadim Dogan, warga Turki pemilik toko berusia 42 tahun. Tantangan ekonomi itu telah mengembangkan kebencian di antara penduduk Turki terhadap para pengungsi Suriah.
Selain masalah integrasi yang sulit, pengungsi harus menghadapi masalah akibat serangkaian serangan yang dilakukan IS. Penduduk Turki menganggap kehadiran pengungsi telah menyebabkan kota tersebut menjadi kurang aman. "Sebelum mereka datang, itu tidak ramai seperti ini. Telah terjadi banyak perubahan. Hal ini telah menjadi berbahaya. Kami tidak bisa keluar rumah karena ancaman bom di beberapa wilayah sekitar," papar Ahmad Geng, seorang pekerja Turki.
"Saya percaya pemerintah harus mencari tempat yang aman untuk pengungsi Suriah dan membawa mereka untuk tinggal di sana," ujar Geng. Sebagian besar pengungsi meyakini bahwa mereka telah dijadikan kambing hitam atas serangan IS yang memanfaatkan dekatnya lokasi Gaziantep dengan perbatasan Suriah. Bahkan kelompok radikal tersebut dilaporkan membentuk jaringan transportasi di kota dan juga 'tempat singgah' bagi anggota baru IS.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved