RATU Victoria dan Ratu Elizabeth II merupakan penguasa terlama Inggris Raya. Keduanya sama-sama naik takhta saat masih muda lantas memerintah dan menjaga teritorium Inggris Raya tetap stabil melewati era perubahan yang dramatis.
Masa pemerintahan Ratu Elizabeth akan menyalip rekor nenek buyutnya itu esok hari, yakni 63 tahun 216 hari. Itu merupakan sebuah periode pemerintahan yang dimulai pada 1952 ketika Inggris dibangun kembali pasca-Perang Dunia II.
Era Ratu Victoria (1837-1901) ialah sebentang masa ketika Inggris berada di puncaknya. Inggris Raya kala itu bergerak dan membuat berbagai kemajuan besar dalam bidang industri, etika keilmiahan, budaya, dan pemerintahan.
Banyak kalangan menilai kesuksesan dan gaya Ratu Elizabeth, 89, membawahkan teritorium Kerajaan Inggris Raya juga berakar pada nenek moyangnya yang terkenal tersebut.
Ketika Victoria lahir pada 1819, dia, seperti Elizabeth, dianggap tidak mungkin mewarisi takhta kerajaan. Namun, putri belia yang menjadi ratu pada 1837 itu, tak lama setelah berumur 18 tahun, mencatatkan namanya di era penemuan dan penyingkapan, serta pandangan moralistis hidup.
"Kesamaan besar antara Elizabeth dan Victoria ialah bahwa mereka berdua sangat teliti, perempuan berpikiran kuat, bertekad mengerjakan segala sesuatu setepat mungkin," ungkap penulis Andrew Gimson kepada AFP.
Sebagai satu-satunya anak Pangeran Edward, putra keempat Raja George III, Victoria lahir menempati posisi kelima di garis suksesi. Namun, semua saudara-saudara mendiang Raja Edward, termasuk George IV dan William IV, meninggal tanpa memiliki anak dari pernikahan yang sah sehingga hak mewarisi takhta kerajaan pun jatuh ke Victoria.
Ratu Victoria lahir di Istana Kensington pada 24 Juni 1819. Dia dibesarkan di bawah 'sistem Kensington' yakni sejumlah ketetapan dan aturan yang dibuat ibunya dan membuatnya terisolasi serta terpantau terus-menerus.
Begitu resmi mewarisi takhta, Ratu Victoria membuat perubahan-perubahan tentang pelaksanaan pola monarki. Dalam memimpin kerajaan, ia dibimbing Perdana Menteri Viscount Melbourne. "Monarki mendapatkan reputasi yang sangat rendah di bawah perilaku pamannya yang sangat buruk," kata Gimson.
Ratu Victoria menikah dengan Pangeran Albert dari Saxe-Coburg dan Gotha pada 1840. Victoria juga kerap disebut amat jatuh cinta pada sang suami sehingga ketika Albert meninggal pada 1861, Ratu terpuruk dalam suasana berkabung yang berlarut-larut, menghilang dari publik, juga mengenakan kostum hitam selama sisa hidupnya.
Menurut Gimson, Kerajaan Inggris mencapai kemajuan yang sangat besar dan pesat selama periode kepemimpinan Ratu Victoria. "Di bawah Victoria, Kerajaan Inggris amat berkembang dan ia mendapatkan gelar agung permaisuri dari India. Kekuasaan Inggris berada pada puncaknya," ujar Gimson.
Ratu Victoria juga tercatat sebagai pemimpin yang berkarakter, karismatik, dan berpendirian teguh. Tak mengherankan jika namanya dipakai untuk berbagai hal besar seperti nama negara bagian, kota, danau, jalan, bangunan, dan monumen di berbagai penjuru dunia. Termasuk gaya arsitektur victoria, yakni sebuah gaya dan seni arsitektur yang digunakan di Inggris selama pemerintahan Ratu Victoria.(AFP/Hym/I-1)