Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
PEMERINTAH Kolombia, Selasa (4/10) waktu setempat, secara sepihak menyatakan gencatan senjata yang disepakati dengan kelompok pemberontak Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) akan berakhir pada 31 Oktober.
Pengumuman tersebut disampaikan Presiden Juan Manuel Santos di saat kedua belah pihak tengah berjuang menemukan solusi damai permanen untuk mengakhiri konflik setengah abad di negara Amerika Latin itu. Konflik dengan FARC telah menewaskan lebih dari 260 ribu orang dan menyebabkan 45 ribu orang lainnya hilang.
Kesepakatan damai yang ditandatangani pemerintah dan FARC pada 26 September lalu diselimuti ketidakpastian setelah 50,2% pemilih dalam referendum, Minggu (2/10), menolak kesepakatan damai tersebut. Hanya 49,8% suara yang memberikan suara dukungan.
Rakyat Kolombia menolak poin-poin kesepakatan yang salah satunya menjadikan FARC sebuah partai politik dengan sedikitnya jaminan 10 kursi dalam Kongres Kolombia.
“Saya berharap kita bisa bergerak maju untuk mewujudkan kesepakatan yang diperlukan untuk menemukan solusi untuk konflik ini,” kata Santos dalam pidato di televisi dari istana presiden.
Kepala Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) Rodrigo Londono, yang lebih dikenal sebagai Timoleon ‘Timochenko’ Jimenez, langsung berkicau di Twitter setelah pengumuman itu. ‘Dan setelah itu, perang berlanjut?’, tulisnya. Namun, Timochenko meminta rakyat Kolombia untuk memobilisasi diri mendukung perdamaian.
Sehari sebelumnya, ia bersumpah bahwa gerilyawan akan terus mematuhi gencatan senjata. FARC berjanji mematuhi apa yang telah mereka sepakati dengan pemerintah Kolombia, meskipun mayoritas kecil warga Kolombia menolak kesepakatan damai.
Pemerintah Kolombia dan FARC menyetujui gencatan senjata sejak 29 Agustus, lima hari setelah kedua belah pihak mencapai kesepakatan perdamaian melalui lima tahun perundingan alot di Kuba.
Dialog
Seorang sumber pemerintah mengatakan, untuk menyelamatkan kesepakatan damai, Santos berencana menemui Alvaro Uribe, mantan presiden yang berubah menjadi musuhnya, di istana presiden pada Rabu (5/10).
Uribe ialah salah seorang tokoh penting yang menentang kesepakatan damai dengan FARC. Sejak lengser, ia rutin mengkritik kebijakan-kebijakan mantan wakilnya itu.
“Santos juga akan bertemu dengan mantan Presiden Andres Pastrana (1998-2002), lawan utama lain dari kesepakatan damai, 1 jam sebelum bertemu Uribe,” demikian pernyataan kantor kepresidenan. Kedua pertemuan itu akan diadakan tertutup.
Santos mengatakan di Twitter bahwa ia telah mengundang dua mantan presiden untuk dialog dalam semangat yang konstruktif. Pertemuan terakhir Santos dengan Uribe terjadi Januari 2011, setelah pemerintahan Santos mulai melakukan pembicaraan rahasia dengan FARC.
Pada Senin (3/10), Santos mengirim kepala delegasi perdamaian Humberto de la Calle dan Komisioner Tinggi Perdamaian Sergio Jaramillo untuk membahas perkembangan dengan delegasi perdamaian FARC-EP di Havana, Kuba.
De la Calle terbang ke Havana untuk melihat apakah FARC terbuka untuk merevisi kesepakatan. “Keputusan apakah akan membuka perjanjian merupakan keputusan yang bergantung pada FARC,” kata Menteri Luar Negeri Maria Angela Holguin. Holguin menekankan, pemerintah ‘sepenuhnya siap’ untuk mendengarkan keinginan lawan. (AFP/I-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved