Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
MENTERI Luar Negeri AS John Kerry, dan Menlu Rusia Sergei Lavrov kembali bertemu di Jenewa, Swiss, kemarin, untuk merumuskan detail tawaran untuk mengakhiri pertumpahan darah di Suriah. Itu menjadi pertemuan mereka yang keempat dalam dua pekan terakhir.
Kedua negara adidaya itu berada di kubu bersebrangan dalam konflik Suriah. Rusia mendukung rezim Presiden Bashar al-Assad, sementara AS mendukung kelompok pemberontak.
Para pejabat AS mengingatkan bahwa pembicaraan tidak bisa terus-menerus berlangsung tanpa adanya terobosan. Seorang pejabat senior AS yang mendampingi Kerry mengatakan Menlu AS itu tidak akan terlibat dalam pembicaraan dengan Lavrov jika tidak ada kemungkinan kemajuan.
Namun, mereka juga mengingatkan bahwa tidak ada jaminan perjanjian final akan tercapai dalam kesempatan sempit tersebut. AS jelas menginginkan langkah nyata dari Rusia untuk mendesak Al-Assad berhenti membunuh penduduknya sendiri, menghormati gencatan senjata, dan membuka kepungan di Aleppo.
“Kita perlu melihat situasi dengan jelas, bahwa apa pun yang disepakati dengan Rusia tidak akan ada kepungan di Aleppo,” ujar seorang pejabat senior AS.
Menjelang pembicaraan di Jenewa, AS telah mendesak Rusia untuk menghentikan permusuhan atas kekacauan militer yang berlanjut, sementara kesempatan juga semakin menipis. Keduanya sebelumnya bertemu di Beijing, Tiongkok, tapi gagal mempersempit perbedaan mereka.
Namun, Menteri Pertahanan AS Ash Carte kepada radio BBC, Kamis (8/9), mengatakan jalan untuk mencapai perdamaian akhir masih panjang.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS juga mengatakan pertemuan di Jenewa akan fokus untuk mengurangi kekerasan dan memperluas bantuan kemanusiaan kepada penduduk Suriah serta bergerak maju dalam solusi politik yang dibutuhkan untuk mengakhiri perang sipil. (AFP/AP/Ihs/I-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved