Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
Rusia, pada Selasa (16/3), mengatakan bahwa pihaknya akan menarik diri dari Dewan Eropa setelah tekanan meningkat agar Moskow dikeluarkan dari badan hak asasi pan-Eropa tersebut atas invasinya ke Ukraina.
Keputusan itu menutup tirai keanggotaan seperempat abad Rusia di Dewan Eropa (COE) dan juga membuka jalan bagi Moskow untuk menerapkan kembali hukuman mati jika pihak berwenang memutuskan.
Apa yang disebut "Ruxit" dari Dewan Eropa berarti bahwa Rusia tidak akan lagi menjadi penandatangan Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia dan warganya tidak akan lagi dapat mengajukan permohonan ke Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa (ECHR).
Langkah tersebut adalah kedua kalinya dalam sejarah Dewan Eropa sebuah negara anggota mengumumkan pengunduran dirinya dari badan tersebut setelah Yunani keluar sementara pada akhir 1960-an.
Rusia ditangguhkan dari semua hak perwakilannya sehari setelah puluhan ribu tentara memasuki Ukraina pada 24 Februari.
"Sebagai pemimpin Dewan Eropa, kami menyatakan dalam beberapa kesempatan kecaman tegas kami atas agresi Federasi Rusia terhadap Ukraina," kata Menteri Luar Negeri Italia Luigi Di Maio, Presiden Majelis Parlemen Dewan Eropa Tiny Kox dan Sekretaris Jenderal Dewan Eropa Marija Pejcinovic Buric dalam sebuah pernyataan.
"Komite Menteri akan mengadakan pertemuan luar biasa besok pagi juga sehubungan dengan pemberitahuan hari ini oleh Menteri Luar Negeri Federasi Rusia tentang keputusan kepemimpinan Rusia untuk menarik diri dari Dewan Eropa," kata mereka.
Pada Senin, Perdana Menteri Ukraina Denys Shmyhal menuntut agar Rusia segera dikeluarkan. Pasalnya, Rusia tidak memiliki hak untuk tetap menjadi anggota setelah mengirim pasukannya ke Ukraina.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengunggah pernyataan tentang peluncuran prosedur untuk keluar dari Dewan Eropa di akun Telegramnya.
Kementerian mengatakan keluarnya negara tersebut tidak akan mempengaruhi hak dan kebebasan warga Rusia dan bahwa implementasi resolusi yang telah diadopsi dari Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa akan terus berlanjut, jika itu tidak bertentangan dengan Konstitusi Rusia.
Kementerian tersebut mengklaim bahwa negara-negara anggota UE dan NATO di dalam Dewan Eropa telah mengubah organisasi itu menjadi instrumen untuk kebijakan anti-Rusia.
Untuk diketahui, Rusia bergabung dengan Dewan Eropa pada tahun 1996. Keluarnya Rusia akan menandai perubahan besar bagi ECHR yang bertindak sebagai pengadilan tingkat terakhir ketika semua jalur domestik sudah tidak ada.
Kasus-kasus yang dibawa oleh warga Rusia telah menumpuk di ECHR sebanyak 24% dari kasus-kasus saat ini, seperti yang menyangkut tahanan Alexei Navalny.
Tidak ada negara anggota yang pernah dikeluarkan dari Dewan Eropa, yang dibentuk pada tahun 1949 dan memiliki 47 negara anggota termasuk Rusia.
Tidak menggunakan hukuman mati adalah prasyarat keanggotaan COE, dan mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev, sekarang wakil kepala dewan keamanan nasional, telah mengusulkan untuk mengembalikan hukuman mati jika Rusia meninggalkan badan tersebut.
Medvedev menggambarkan penangguhan Rusia sebagai kesempatan yang baik untuk memulihkan sejumlah tindakan penting untuk mencegah kejahatan yang sangat serius, seperti hukuman mati, yang secara aktif digunakan di AS dan Tiongkok.
Rusia telah menerapkan moratorium hukuman mati sejak tahun 1996 meskipun tidak pernah secara resmi menghapus praktik tersebut. Belarus, satu-satunya negara Eropa yang masih menggunakan hukuman mati dan sekutu Moskow, bukan anggota organisasi tersebut. (AFP/OL-12)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved