Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Serangan ke PLTN Ukraina Buat Harga Komoditas Meroket

Fetry Wuryasti
05/3/2022 13:05
Serangan ke PLTN Ukraina Buat Harga Komoditas Meroket
Ilustrasi(Dok MI)

Harga minyak terpantau bergerak bullish didukung peningkatan eskalasi krisis geopolitik di Ukraina yang melebihi prospek tercapainya kesepakatan nuklir Iran.

Dalam pertemuan dengan media hari Kamis (3/3) waktu setempat, Jalina Porter, wakil juru bicara utama Departemen Luar Negeri AS, mengatakan bahwa AS dan Iran hampir mencapai kesepakatan terkait negosiasi nuklir yang telah berlangsung selama 10 bulan di Wina Austria.

Sebuah laporan yang dirilis hari Kamis oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menunjukkan stok uranium yang dikumpulkan oleh Iran telah melanggar batas yang diperbolehkan dalam kesepakatan nuklir tahun 2015, dengan hampir memiliki kemampuan untuk membuat bom nuklir.

"Laporan tersebut meningkatkan urgensi agar kesepakatan nuklir dapat segera tercapai dalam waktu dekat, yang sekaligus memicu potensi tambahan pasokan minyak dari Iran sebanyak lebih dari satu juta bph minyak, atau sekitar 1% dari pasokan global, kembali ke pasar," kata Research and Development ICDX Girta Yoga, Sabtu (5/3).

Sementara itu, kebakaran terjadi di pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia di Ukraina yang merupakan pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa, pasca serangan terbaru yang dilakukan oleh pasukan Rusia.

Situasi tersebut memicu potensi akan melonjaknya permintaan minyak dan gas dari Eropa guna menyuplai kebutuhan energi di Ukraina. Di hari yang sama, AS dan Inggris mengumumkan akan memberlakukan lebih banyak sanksi terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina.

Turut mendukung pergerakan harga minyak, dalam pertemuan yang berlangsung hari Rabu, OPEC dan sekutunya memutuskan untuk tetap berpegang pada komitmennya untuk menambah pasokan sebesar 400 ribu bph per bulan, menolak permintaan dari pasar global agar OPEC+ dapat menambah lebih banyak pasokan ke pasar.

Semakin banyaknya sanksi yang dijatuhkan terhadap Rusia ikut memicu kekhawatiran gangguan pengiriman minyak dari Rusia, yang tentunya akan berdampak pada penurunan pasokan dari eksportir minyak terbesar kedua di dunia tersebut. Rusia mengekspor lebih dari 7 juta bph yang sekitar setengahnya dikirim ke pasar Eropa.

"Melihat dari sudut pandang teknis, harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level US $115 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level US $105 per barel," kata Girta.

Sementara itu, harga emas dunia naik ke zona US $1.935 per troy ons naik 0,45% pada hari sebelumnya. Harga emas sedang menunjukan tren positif. Faktor kenaikan harga emas karena ketegangan geopolitik yang terjadi pada Jumat pagi, dimana Rusia menyerang pembangkit listrik tenaga nuklir di Zaporizhzhia, Ukraina.

Sentimen pelaku pasar terhadap geopolitik Rusia dan Ukraina semakin tinggi dalam berita yang beredar pembangkit listrik tenaga nuklir di wilayah Zaporizhzhia yang terbesar di Eropa telah terbakar akibat adanya serangan oleh pasukan militer Rusia.

Pasukan militer rusia juga telah berhasil merebut pabrik Chernobyl di wilayah Ukraina utara. Serangan ini membuat ketegangan geopolitik, membuat pelaku pasar memilih produk emas sebagai aset safe haven/lindung nilai dari pada produk aset lain. Sehingga permintaan akan produk emas meningkat, dan mengakibatkan harga emas naik.

Harga emas naik dengan support saat ini beralih ke area $1.870 dan resistance terdekat berada di area US $1.966. Support terjauhnya berada di area US $1.858 hingga ke area US $1.827, sementara untuk resistance terjauhnya berada di area US $1.981 hingga ke area US $2.000.

Ibrahim Assuaibi Direktur PT.TRFX Garuda Berjangka mengatakan serangan tersebut mengakibatkan harga komoditas yang lebih tinggi, menyeret ekspektasi pertumbuhan ekonomi Eropa mengakibatkan dollar terus menguat terhadap mata uang lainnya.

Efek dari lonjakan harga energi dan gas dapat merusak rebound konsumsi industri dan swasta yang telah diperkirakan setelah pelonggaran pembatasan Covid-19-19 dan kemungkinan akan memperlambat normalisasi kebijakan Bank Sentral Eropa.

"Pada pertemuan ECB minggu depan, petunjuk kenaikan suku bunga tidak diragukan lagi," kata Ibrahim.

Federal Reserve AS juga akan menaikan suku bunga untuk pertama kalinya sejak Covid-19 dimulai ketika menjatuhkan putusan kebijakan pada 15 Maret.

Ketua Fed Jerome Powell menegaskan kembali di hadapan Kongres bahwa dia akan mendukung kenaikan suku bunga seperempat poin persentase awal.

Di sisi lain, pasca invasi Rusia ke kota-kota besar di Ukraina mengakibatkan aliran modal (cash flow) asing yang masuk ke pasar modal Indonesia terus meningkat, akibat keberlanjutan konflik di Ukraina serta sanksi-sanksi ekonomi yang diterapkan oleh AS, Uni Eropa dan Inggris terhadap Rusia dan Belarusia.

Dalam beberapa pekan terakhir investor asing tak henti melakukan aksi beli bersih, padahal sentimen secara global sedang memburuk akibat perang Rusia - Ukraina.

"Aliran modal tersebut membuat rupiah mampu bertahan dari tekanan, bahkan tren penguatan bertahan dalam minggu ini," kata Ibrahim.

Kemudian harga komoditas yang meroket juga mendukung penguatan rupiah. Harga batu bara kemarin ambrol nyaris 20% ke US$ 358,45/ton, tetapi sehari sebelumnya meroket lebih dari 46% ke US$ 446/ton yang menjadi rekor tertinggi sepanjang masa.

Selain itu ada juga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang bisa menjadi substitusi minyak mentah dalam bentuk biodiesel, yang menembus 8.000 ringgit Malaysia per ton pada Rabu lalu.

Kenaikan komoditas ekspor andalan tersebut bisa membuat neraca perdagangan Indonesia terus mencetak surplus. Jika demikian, transaksi berjalan juga bisa mempertahankan surplusnya, hal ini menjadi sentimen positif bagi rupiah. (OL-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Retno Hemawati
Berita Lainnya