Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
AUSTRALIA sepertinya bakal kian direpotkan dengan persoalan pengungsi.
Sebab, Papua Nugini, tetangga terdekat mereka, meminta agar kamp pengungsi di Pulau Manus yang selama ini dijadikan tempat penampungan sementara para pencari suaka, ditutup.
Mereka juga mendesak pemerintah Australia menutup kamp pengungsi Pulau Nauru, Pasifik Selatan.
Desakan itu disampaikan Perdana Menteri Papua Nugini Peter O'Neill karena tidak sesuai dengan putusan mahkamah agung setempat yang menyatakan menahan pengungsi di pulau tersebut tidak sesuai konstitusi dan ilegal.
"Untuk menghormati putusan itu, Papua Nugini akan segera meminta pemerintah Australia untuk mencari tempat alternatif bagi pencari suaka yang saat ini dibicarakan di Regional Processing Center," kata O'Neill, kemarin.
Kamp pengungsi di Pulau Manus kembali dibuka sejak 2012 oleh Australia, setelah sebelumnya ditutup selama lima tahun oleh pemerintahan Partai Buruh Australia (ALP).
Tempat penampungan sementara (offshore processing) ini pertama kali muncul pada 2011, dibentuk oleh pemerintahan PM John Howard. Penampungan itu dibentuk guna mencegah pencari suaka menyelundup masuk Australia. Skema ini disebut 'Solusi Pasifik'.
Ketika itu, Australia memohon kepada Papua Nugini untuk memberi tempat penampungan bagi para pencari suaka di Pulau Manus.
Namun, Selasa (25/4), Mahkamah Agung Papua Nugini menyatakan penahanan pengungsi di pulau tersebut bertolak belakang dengan hak konstitusional (Papua Nugini) serta kebebasan sese-orang.
Desakan penutupan kamp pengungsi tersebut muncul setelah seorang pria berkebangsaan Iran membakar diri di Pulau Nauru, kemarin.
Dia merasa putus asa tinggal di pulau yang terisolasi.
Akan tetapi, Menteri Imigrasi Australia, Peter Dutton berkukuh tidak akan mengubah kebijakan itu.
"Mereka yang sekarang berada di Manus tidak akan dipindahkan ke Australia," tegas Dutton. (AFP/Aya/I-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved