Headline
Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan
Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah
PERUSAHAAN investasi pemerintah Malaysia yang sedang bermasalah, 1 Malaysia Development Berhad (1MBD), mengalami default, atau gagal membayar bunga, senilai US$50 juta dari obligasi yang diterbitkan senilai US$1,75 miliar. Situasi itu mengkhawatirkan pasar keuangan, termasuk ancaman bailout.
Kondisi itu menambah rumit perusahaan investasi yang didirikan pada 2009 oleh Perdana Menteri Najib Razak tersebut. Saat ini, perusahaan juga sedang diselidiki terkait dengan dugaan korupsi dan pencucian uang.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis Selasa (26/4), manajemen 1MBD mengatakan mereka mengakui sekarang dalam kondisi gagal bayar pada bunga obligasi dan menyalahkan International Petroleum Investment Co (IPIC), sebuah perusahaan investasi Kesejahteraan Abu Dhabi.
Menurut 1MBD, pihaknya tidak membayar bunga obligasi karena IPIC yang merupakan penjamin obligasi yang jatuh tempo 2022 tidak memenuhi kewajiban mereka. “Meski 1MDB memiliki dana untuk membayar bunga, ini sikap yang kami ambil karena masalah prinsip. Perusahaan 1MDB berhak menahan pembayaran dan akan menempuh jalur hukum serta resolusi,” jelas manajemen 1MDB.
Di lain pihak, IPIC sebagai penjamin obligasi sebelumnya menuding 1MBD telah gagal membayar pinjaman sebesar $1 miliar, yang merupakan indikasi terbaru adanya kekacauan di internal perusahaan investasi pemerintah Malaysia tersebut. Menurut IPIC, kuat dugaan dana tersebut mengalir ke sebuah perusahaan yang lain. Hal itu memunculkan kecurigaan bahwa dana tersebut telah disalahgunakan.
Sejak didirikan, 1MDB kerap menanamkan dana mereka ke berbagai sektor. Seperti dilaporkan harian Straits Times, beberapa waktu lalu, banyak pihak mempertanyakan langkah-langkah investasi 1MDB di sektor minyak, pembangkit listrik, dan pembelian tanah.
Sebagian besar utang 1MDB dipakai untuk pembelian 13 pembangkit listrik di enam negara, termasuk di Malaysia, dengan harga total sekitar US$4,3 miliar. Harga itu menurut banyak analis investasi terlalu tinggi.
Selain utang besar, muncul tudingan Najib menerima aliran dana dari 1MDB. Harian Wall Street Journal menyebut dana US$700 juta mengalir ke rekening pribadi Najib pada 2013 selama masa kampanye pemilu di Malaysia.
Indeks turun
Menyusul pengumuman gagal bayar itu, Selasa (26/4), Indeks saham utama Malaysia turun lebih dari 1%. Tak hanya itu, mata uang Malaysia melemah. Di pihak lain, 1MDB terus berusaha untuk meyakinkan investor agar tetap tenang dan mengatakan mereka akan memenuhi semua kewajiban keuangan yang ada. Itu termasuk memiliki likuiditas yang cukup untuk melakukan kewajiban tersebut.
Awal bulan ini Komite Parlemen Malaysia mengatakan setidaknya $4,2 miliar ditransfer keluar negeri oleh 1MBD. Itu menimbulkan kecurigaan telah terjadi perampokan di perusahaan tersebut.
Tony Pua, anggota parlemen oposisi terkemuka di Malaysia, mengatakan kegagalan pembayaran bunga obligasi itu menunjukkan 1MDB telah runtuh. Dia khawatir para wajib pajak Malaysia akan menanggung biaya itu. “Ini pengakuan yang jelas bahwa 1MDB akan bergantung sepenuhnya pada pemerintah untuk menyelamatkan diri dari krisis utang,” katanya. (AFP/I-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved